MUI: Idul Fitri tumbuhkan rasa peduli terhadap sesama

id idul fitri,prof zainal abidin mag,mui palu,covid-19,ramadhan 1442 hijriah

MUI: Idul Fitri tumbuhkan rasa peduli terhadap sesama

Prof Dr KH Zainal Abidin MAg (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Substansi Idul Fitri bukan terletak pada lapar dan haus tetapi menghadirkan rasa lapar dan haus itu dalam diri kita agar peduli terhadap sesama kita melawan hawa nafsu
Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, Prof Dr KH Zainal Abidin MAg mengemukakan salah satu substansi dari Idul Fitri yakni menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama.

"Substansi Idul Fitri bukan terletak pada lapar dan haus tetapi menghadirkan rasa lapar dan haus itu dalam diri kita agar peduli terhadap sesama kita melawan hawa nafsu," ucap Zainal Abidin saat menyampaikan Khutbah Idul Fitri 1442 H di Masjid Ar-Rahman Kota Palu, Kamis.

Zainal mengemukakan suasana Idul Fitri yang dirayakan hari ini, memiliki nuansa yang berbeda dari hari raya Idul fitri tahun sebelumnya.

"Ada batasan-batasan protokol kesehatan yang harus kita jaga, semoga hal itu tidak mengurangi kekhusyu’an ibadah Shalat Id, serta semangat kepedulian kita terhadap sesama," ungkap Zainal.

Dunia saat ini, kata dia, tengah menghadapi krisis akibat COVID- 19, virus yang penyebarannya begitu cepat, hanya dalam hitungan hari telah menjangkau sebagian besar penjuru bumi, telah menginfeksi jutaan orang dan merenggut ratusan ribu jiwa di seluruh dunia.

Maka, sebut dia, sebagai orang beriman, sudah semestinya dapat memetik pelajaran dari semua ini. Pelajaran paling mendasar, adalah: pertama, bahwa manusia dengan segala kemampuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi yang dimilikinya ternyata tidak berdaya menghadapi makhluk Tuhan yang ”super kecil” bernama virus corona.

"Sungguh, betapa kecilnya kita di hadapan Yang Maha Agung, betapa terbatasnya pengetahuan yang kita miliki di hadapan Dia Yang Maha Mengetahui, lalu apa yang dapat disombongkan? ini saatnya melakukan introspeksi diri, mungkin selama ini di antara kita ada yang merasa bangga dengan kekuasaan di genggaman, harta kekayaan yang dimiliki, atau status sosial yang disandang, yakinlah bahwa jika Allah menghendaki, semua itu bisa lenyap dalam sekejap dengan cara yang tak pernah bisa diduga sebelumnya. Seperti halnya Corona yang tak pernah diprediksi kehadirannya," kata dia.

Pelajaran kedua, ia menguraikan musibah ini mengajarkan betapa pentingnya menjalin kebersamaan, karena satu-satunya cara efektif untuk mencegah penyebaran COVID-19 adalah kesadaran bersama untuk mematuhi protokol kesehatan.

Virus ini tidak mengenal kaya-miskin, pejabat atau rakyat jelata, dan tak bisa dihadapi seorang diri, tetapi harus kompak dalam memutus mata rantai penyebarannya. Situasi ini menyadarkan kita akan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial. Bagaimana pun hebatnya seseorang pasti membutuhkan orang lain, tak seorang pun manusia yang dapat hidup tanpa bergantung pada sesamanya.

"Dalam menghadapi ancaman virus corona saat ini, kebersamaan sangat diperlukan," ujarnya.