Produksi Ikan Melonjak, SLIN Mendesak Diimplementasikan

id SLIN

Produksi Ikan Melonjak, SLIN Mendesak Diimplementasikan

Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (Antarasulteng/Rolex Malaha)

Peningkatan hasil tangkapan nelayan harus diantisipasi dengan sistem logistik yang baik sehingga terjamin stabilisasi stok dan harga yang menguntungkan nelayan dan konsumen," ujarnya.
Palu (antarasulteng.com) - Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) semakin mendesak untuk segera diimplementasikan di daerah-daerah sehubungan dengan meningkatnya hasil tangkapan nelayan sebagai dampak dari kebijakan moratorium yang diambil Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti.

"Peningkatan hasil tangkapan nelayan harus diantisipasi dengan sistem logistik yang baik sehingga terjamin stabilisasi stok dan harga yang menguntungkan nelayan dan konsumen, untuk meningkatkan penerimaan devisa ekspor dan memperkuat ketahanan pangan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo saat dihubungi dari Palu, Kamis.

Menurut dia, kebijakan moratorium penggunaan pukat harimau dan operasional kapal-kapal berbendera asing di perairan Indonesia, telah mengakibatkan naiknya secara signifikan hasil produksi nelayan, baik ikan pelagis maupun tuna, yang semuanya memiliki pasar ekspor yang sangat besar.

Ia memberi contoh hasil tangkapan nelayan Sulawesi Tengah yang mengoperasikan 45 unit kapal bertonase 30 GT bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan selama periode 2011-2014.

Pada 2011, hasil tangkapan mereka mencapai 63.500 ton dengan nilai Rp346 juta, naik menjadi 2.440 ton senilai Rp19 miliar pada 2014 dan selama periode Januari-Juli 2014, hasil tangkapan mereka sudah mencapai 4.525 ton dengan nilai Rp37 miliar.

"Peningkatan signifikan dalam produksi tersebut diperkirakan akan terus terjadi. Untuk itu, sistem logistik ikan nasional (SLIN) mendesak diimplementasikan di daerah ini agar terjamin stabilitas harga, suplai dan kualitas ikan," ujar Atjo yang mengaku sedang berada di Jakarta untuk menyampaikan materi pada Rakornas Kementerian KP dengan thema dukungan pemerintah daerah terhadap kebijakan Kementerian KP.

Dia menjelaskan SLIN merupakan salah satu kegiatan strategis Kemnterian KP karena dinilai mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

Manfaat utama SLIN adalah fungsi stabilisasi stok dan harga. Di saat musim ikan, ikan-ikan yang berlebih dapat dibekukan dan disimpan di gudang sebagai stok untuk dipasok ke pasar atau industri dan ekspor saat musim paceklik tiba. Demikian juga untuk produksi perikanan darat atau budidaya.

Dengan demikian, katanya, sistem ini akan berdampak terhadap stabilitas harga di tingkat nelayan maupun konsumen, jaminan pemenuhan bahan baku untuk industri dan ekspor sekaligus dapat menekan laju inflasi, membuka peluang pengembangan industri olahan ikan di daerah-daerah serta meningkatkan ketahanan pangan.

Kementerian KKP sedang mempersiapkan 13 provinsi di Indonesia untuk implementasi SLIN pada 2016 dan Sulawesi Tengah dinilai sebagai daerah yang paling siap untuk itu.

Menurut Ketua Kelomok Kerja SLIN Kementerian KP Herianto Marwoto, daerah ini telah memiliki sarana dan fasilitas yang cukup memadai untuk mengoperasionalisasikan SLIN dan juga punya `road map` pelaksanaan SLIN secara berkelanjutan yang disusun dengan melibatkan berbagai pihak terkait seperti akademisi, pengusaha perikanan, dan para nelayan penangkap ikan terkait, serta telah membentuk Pokja SLIN tingkat daerah dengan surat keputusan gubernur setempat.

"Jadi dengan sentuhan sedikit saja, SLIN sudah bisa jalan di daerah ini," ujar Marwoto.

Sulteng siap mengimplementasikan SLIN berbasis pelabuhan perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Ogotua, Kabupaten Tolitoli dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, Kabupaten Donggala.

Kedua pelabuhan ini telah memiliki fasilitas dasar seperti dermaga yang memadai, TPI, listrik, air bersih, gudang pendingin, pabrik es dan instalasi pelayanan bahan bakar untuk nelayan meski belum memenuhi kebutuhan sebuah SLIN.

"Kita masih butuh intervensi lagi dalam peningkatan kapasitas pabrik es balok dan gudang pendingin (cold storage) khususnya yang bisa dipindah-pindahkan serta alat-alat transportasi hasil perikanan baik kendaraan darat maupun laut," ujarnya. (R007/B008)