MER-C Siap Bantu Muslim Di Rohingnya

id Myanmar, MER-C Rohingnya

MER-C Siap Bantu Muslim Di Rohingnya

Aksi demo dan solidaritas warga Jakarta untuk Muslim Rohingnya di Myanmar (ANTARA)

Sejauh ini, katanya, MER-C masih terus mengupayakan agar bisa masuk ke wilayah konflik antara etnis Muslim Rohingya-Rakhine itu.
Jakarta - Komite Kesehatan dan Pertolongan Darurat Indonesia MER-C menyayangkan otoritas Myanmar yang terus memberlakukan larangan masuk bagi wartawan dan relawan yang hendak membantu Muslim Rohingya ke negara itu.

"Kami masih terus berharap agar pemerintahan Myanmar membolehkan kami untuk membantu Muslim Rohingya yang sedang berada dalam ancaman diskriminasi," kata Presidium MER-C Indonesia, Sarbini Abdul Murad kepada ANTARA, di Jakarta, Sabtu.

Sejauh ini, katanya, MER-C masih terus mengupayakan agar bisa masuk ke wilayah konflik antara etnis Muslim Rohingya-Rakhine itu.

"Kami meminta dengan sangat agar difasilitasi oleh Deplu untuk masuk ke Myanmar demi membantu Rohingya di sana," kata Sarbini.

MER-C masih tertahan di Indonesia karena belum ada izin dari Deplu Indonesia sampai sekarang, katanya.

Menurut dia, pihaknya terus berusaha melobi kementerian tersebut agar memfasilitasi keinginan MER-C untuk membantu etnis yang menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia itu.

"Pemerintah Indonesia memang sedang bertindak lebih halus, berhati-hati mengenai isu kemanusiaan di Myanmar itu," kata Sarbini.

Pemerintah melalui Ketua DPR RI Marzuki Alie pada Jumat mengirim surat kepada Ketua Parlemen Myanmar Khin Aung Myint terkait konflik di negeri itu yang menyebabkan tewasnya sejumlah kaum Muslim Rohingya.

Marzuki selaku Presiden Majelis Antar Parlemen ASEAN (AIPA) membuat surat Khin Aung Myint sebagai Ketua Parlemen Myanmar terkait isu komunitas Rohingya.

Dalam suratnya, Ketua DPR RI menyatakan kasus kemanusiaan di Myanmar itu mendapat perhatian khusus bagi Indonesia.

Marzuki juga menyatakan Myanmar harus diingatkan komitmennya terhadap demokrasi, bukan hanya secara prosedural dengan membolehkan oposisi Aung San Su Kyi untuk ikut pemilu saja tetapi jauh lebih penting adalah demokrasi substansial, yang terkait erat dengan HAM khususnya hak hidup etnis Rohingya.

Kaum Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine (Arakan), Myanmar dibantai oleh kelompok yang diduga dilakukan oleh etnis yang didukung pasukan gabungan keamanan Rakhine.

Jumlah kematian muslim di Arakan diperkirakan mencapai 6.000 jiwa. Selain dibunuh, juga terjadi pembakaran, penjarahan, pemerkosaan serta penangkapan terhadap komunitas muslim Rohingya di negara bagian Arakan. (Ant)