BEI: Investor saham di Sulteng naik 145 persen di semester 1 2021

id BEI Sulteng, pasar modal, investorsaham, bursaefek, Sulteng, Dendi

BEI: Investor saham di Sulteng  naik 145 persen di semester 1 2021

Ilustrasi - Sejumlah pengunjung duduk berlatar belakang pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aa)

Palu (ANTARA) - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan jumlah investor saham di Provinsi Sulawesi Tengah semester I 2021 mencapai 8.735 investor, meningkat 145 persen dibanding periode sama tahun 2020 sebanyak 3.558 investor.

"Angka ini sangat positif, meskipun baru separuh tahun 2021. Ini mengindikasikan bahwa minat orang berinvestasi pasar saham sangat tinggi di Sulteng," kata Kepala Perwakilan BEI Sulteng Dendi Faisal Amin yang dihubungi, di Palu, Jumat.

Ia memaparkan, tinggi minat investor untuk berinvestasi di portofolio saham telah memberikan dampak signifikan terhadap iklim investasi di Bursa Efek Indonesia.

Pada semester I tahun 2021 terjadi penambahan sekitar 5.177 investor baru didorong inovasi dan edukasi yang dilakukan Bursa Efek Indonesia terhadap masyarakat 
melalui platform digital.

Berbagai kemudahan diberikan, seperti simplifikasi pembukaan rekening saham yang tidak memerlukan tatap muka, sehingga tidak butuh waktu lama untuk menjadi investor. Ini membuat masyarakat tertarik untuk  berinvestasi di pasar saham.

"Dari catatan BEI, semakin banyaknya selebgram maupun influencer yang menjadi investor di kalangan milenial turut berperan dalam peningkatan investasi saham di Indonesia termasuk di Sulteng," ujar Dendi.

Ia mengemukakan, hal tersebut tercermin dari porsi investor di kalangan milenial, yaitu sebesar 65 persen dari jumlah keseluruhan investor saham di Sulteng.

"Setengah dari jumlah investor di bursa efek adalah milenial usia 18-25 tahun, yang sebelumnya pada tahun 2019 presentasi investor milenial sekitar 33 persen. Dua tahun terakhir keterlibatan anak muda di bursa saham semakin menunjukkan tren positif," ujar Dendi.

Diharapkan, semakin banyaknya investor di pasar modal berasal dari kalangan milenial, masyarakat dapat lebih mengenal instrumen investasi saham, obligasi reksadana yang notabene ada di dalam pasar modal tanah air.

Tidak hanya meningkat secara kuantitas, tetapi dari sisi pengetahuan dan pemahaman terhadap produk investasi pun diharapkan dapat meningkat pula, agar masyarakat terhindar dari investasi bodong.

"Masyarakat atau calon investor harus jeli melihat situasi dengan iming-iming mendapat keuntungan banyak, jangan sampai salah mengambil melangkah yang justru dapat merugikan diri sendiri," kata Dendi.