MUI Palu: Idul Adha lahirkan kebersamaan tekan penyebaran COVID

id ketua mui palu,mui palu,prof zainal abidin mag,covid-19,idul adha

MUI Palu:  Idul Adha lahirkan kebersamaan tekan penyebaran COVID

Ketua MUI Kota Palu Prof Dr KH Zainal Abidin MAg (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, Prof KH Zainal Abidin MAg mengemukakan Idul Adha 1442 H melahirkan kebersamaan untuk menekan penyebaran COVID-19, demi terwujudnya kesehatan dan keselamatan bersama.

"Musibah ini mengajarkan betapa pentingnya menjalin kebersamaan, karena satu-satunya cara efektif untuk mencegah penyebaran COVID- 19 adalah kesadaran bersama untuk mematuhi protokol kesehatan," kata Zainal Abidin di Palu, Senin.

Kata Zainal Abidin, virus corona tidak mengenal kaya-miskin, pejabat atau rakyat jelata, dan tak bisa dihadapi seorang diri, tetapi harus kompak dalam memutus mata rantai penyebarannya.

"Situasi ini menyadarkan kita akan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial. Bagaimana pun hebatnya seseorang pasti membutuhkan orang lain, tak seorang pun manusia yang dapat hidup tanpa bergantung pada sesamanya," ungkap Zainal.

Ia mengutip suatu hadits yang berbunyi "Orang mukmin dengan mukmin lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain".

Dalam menghadapi ancaman virus corona saat ini, kata dia, kebersamaan sangat diperlukan. Krisis ini bukan hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga kehidupan ekonomi, stabilitas politik, dan psiko-sosial masyarakat.

Olehnya itu, sebut Zainal dalam menghadapinya, disamping imunitas tubuh, imunitas sosial juga perlu diperkuat. Imunitas tubuh hanya mampu melindungi fisik dari serangan virus, tetapi tidak mampu melindungi masyarakat dari efek yang ditimbulkan pada aspek kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang pada gilirannya dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagian besar masyarakat saat ini tengah berada dalam tekanan psikilogis yang disebabkan oleh kecemasan, kejenuhan dalam isolasi, keterasingan karena tak bisa bersosialisasi dengan bebas dan keterpurukan ekonomi.

"Kondisi semacam ini sangat rentan disusupidan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang ingin menciptakan ketidak- stabilan, ini yang harus diwaspadai dan disikapi secara bijak. Di sinilah imunitas sosial diperlukan. Bagaimana kita sebagai umat, sebagai warga masyarakat, sebagai anak bangsa, mampu membangun ketahanan sosial dalam menghadapinya," ujar Zainal.

Hari raya kurban, ujar dia, hendaknya dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran berkorban dan memupuk solidaritas, sebagai suplement utama dalam meningkatkan imunitas sosial tersebut.

"Substansi ibadah kurban bukanlah terletak pada kesiapan kita menyembelih hewan dengan harga mahal, tetapi nilai ketulusan untuk berbagi pada sesama, kepedulian terhadap penderitaan orang-orang disekitar kita, serta keihlasan untuk mengorbankan ego pribadi sebagaimana yang diperlihatkan oleh Ibrahim, di sinilah kadar ketakwaan itu diukur," sebut Zainal.