BI: Potensi perkembangan ekonomi syariah di Sulteng sangat besar

id BI Sulteng,Bank Syariah,Ekonomi Syariah

BI: Potensi perkembangan ekonomi syariah di Sulteng sangat besar

Tangkapan layar Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng M. Abdul Majid Ikram memantapkan potensi ekonomi syariah di Indonesia termasuk di Sulteng dalam Forum Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia yang diadakan secara virtual di Kota Palu, Rabu (28/7/2021). ANTARA/Muhammad Arsyandi

Kebudayaan yang beragam yang tidak terlepas dari nilai-nilai agama membuat negara ini kaya akan potensi seperti pariwisata berbasis syariah, industri makanan halal dan halal fesyen yang mampu menjadi daya tarik wisatawan muslim untuk berkunjung

Palu (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) M. Abdul Majid Ikram mengemukakan bahwa potensi berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia termasuk di Provinsi Sulteng saat ini sangat besar.

"Kebudayaan yang beragam yang tidak terlepas dari nilai-nilai agama membuat negara ini kaya akan potensi seperti pariwisata berbasis syariah, industri makanan halal dan halal fesyen yang mampu menjadi daya tarik wisatawan muslim untuk berkunjung," katanya dalam Forum Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia yang diadakan secara virtual di Kota Palu, Rabu.

Baca juga: BI terus bantu tingkatkan perekonomian Sulteng yang terdampak pandemi

Menurut dia, bila potensi ini dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin dapat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan perekonomian negara, daerah dan paling utama bagi masyarakat, apalagi mayoritas penduduk Indonesia tidak terkecuali Sulteng adalah beragama Islam.

Ia menerangkan dari total penduduk Indonesia sebanyak 270 juta jiwa, 87 persennya atau sekitar 230 juta beragama Islam dan 40 juta lainnya menganut agama lain. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, Indonesia tentu memiliki potensi budaya yang berbeda dengan negara lain.

"Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perkembangan perekonomian syariah dunia. Potensi Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia perlu dilihat sebagai kekuatan yang tidak hanya dimanfaatkan sebagai pasar bagi para pemain ekonomi syariah lainnya," ujarnya.

Baca juga: Gubernur Sulteng yang baru diharapkan dongkrak perekonomian masyarakat

Kemudian Majid mengatakan posisi Indonesia dalam pangsa pasar industri halal terhadap pasar global, contohnya, untuk industri makanan halal mencapai 13 persen pangsa pasar dunia dan dengan nilai yang mencapai 200 miliar dolar AS. Pengembangan dan penguatan ekosistem rantai nilai halal diperlukan dalam upaya mengoptimalkan potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

Area pengembangan atau implementasi juga perlu menyeluruh end to end process sehingga dapat melalui implementasi model bisnis, termasuk pengoptimalan pemanfaatan dana Infaq, Sedekah dan Waqaf (ISWAF) untuk pemberdayaan lini produksi terendah pada usaha mikro.

"Sektor-sektor utama yang menjadi perhatian dalam pengembangan dan penguatan ekosistem halal value chain antara lain pengembangan kebijakan, sumberdaya insani, kelembagaan, hingga riset dan edukasi," ucapnya.

Baca juga: BI catat geliat ekonomi Sulteng meningkat di tengah COVID-19

Terakhir, lanjut Majid, pengembangan pada sektor-sektor tersebut dimulai dari kemitraan antara usaha mikro berbasiskan komunitas ataupun dengan pesantren diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan, hingga menekan inflasi.