DPRD Palu desak lakukan opsus cegah kenaikan obat dampak COVID-19

id Sulteng,Palu,Ppkm,Corona

DPRD Palu  desak lakukan opsus cegah kenaikan obat dampak COVID-19

Seorang anggota TNI memakaikan masker kepada seorang pengendara sepeda motor di salah satu ruas jalan di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (27/7/2021). Pemerintah setempat melalui Satgas COVID-19 melakukan operasi penegakan protokol kesehatan di jalan-jalan menyusul makin tingginya kasus positif penderita COVID-19. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/foc.

Palu (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mendesak pemerintah daerah, aparat kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan stakeholder terkait melaksanakan operasi khusus (opsus) mencegah kenaikan harga obat-obatan dampak lonjakan kasus COVID-19.



Ketua Komisi A DPRD Palu Mutmainnah Korona menyatakan opsus tersebut penting dilakukan secepatnya mengingat berdasarkan laporan yang ia terima obat-obatan dan vitamin utamanya yang dapat mempercepat penyembuhan tubuh dari paparan COVID-19 harganya merangkak naik.



"Saya berharap ini tidak dimanfaatkan oleh pihak manapun untuk mencari keuntungan di tengah penderitaan banyak orang yang saat ini lagi bertarung dengan COVID-19, karena itu opsus mesti segera dilakukan," katanya di Palu, Sabtu malam.



Ia khawatir jika tidak dilakukan dalam waktu dekat, harga obat-obatan, vitamin hingga rapid antigen akan naik tajam akibat ulah pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab melakukan penimbunan yang menyebabkan kelangkaan.



"Sebenarnya seharusnya obat - obatan, vitamin dan lain-lain yang mempercepat penyembuhan orang yang terpapar COVID-19 digratiskan dan dapat doakses oleh semua orang yang terpapar COVID-19 tanpa terkecuali," ujarnya.



Kota Palu masuk sebagai salah satu daerah zona merah atau zona dengan resiko tinggi penularan dan penyebaran COVID-19 di Provinsi Sulteng.



Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi (Pusdatina) COVID-19 Sulteng, secara kumulatif 4.993 orang telah terpapar COVID-19. Dari 4.993 orang tersebut, 3.804 orang dinyatakan telah sembuh, 127 orang meninggal dunia dan sisanya tengah menjalani isolasi secara mendirikan di pusat pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah setempat.