DP3A Sulteng kuatkan peran perempuan dalam organisasi politik

id dp3a sulteng,dp3a,pemprov sulteng,perempuan sulteng,irmawati sahi,ihsan basir

DP3A Sulteng  kuatkan peran perempuan dalam organisasi politik

DP3A Provinsi Sulteng melaksanakan workshop peluang dan tantangan politik perempuan era revolusi industri 4.0, yang melibatkan perempuan dari partai politik dan organisasi perempuan di wilayah Sulteng di Palu, Senin(6/9/2021). ANTARA/HO-Dok DP3A Sulteng

Palu (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Tengah berupaya menguatkan peran komponen perempuan di daerah dalam organisasi politik, untuk mendorong peningkatan keterwakilan perempuan di legislatif.

"Memperkuat peran perempuan dalam kelembagaan dan organisasi politik, merupakan satu upaya dalam mewujudkan kesetaraan gender," Kepala Bidang Kualitas Hidup Perempuan dan Keluarga DP3A Provinsi Sulteng, Irmawati Sahi di Palu, Senin.

Upaya itu dilakukan oleh DP3A Provinsi Sulteng lewat workshop peluang dan tantangan politik perempuan era revolusi industri 4.0, yang melibatkan perempuan dari partai politik dan organisasi perempuan di wilayah Sulteng.

Lewat kegiatan, kata Irma, para perempuan dapat memahami peluang dan tantangan politik bagi perempuan di era industri, serta dapat memperkuat peran perempuan dalam kelembagaan dan organisasi politik.

"Lewat kegiatan ini pula akan disusun agenda bersama dalam rangka peningkatan keterwakilan perempuan di legislatif," kata Irma.

Berkaitan dengan itu Kepala DP3A Provinsi Sulteng Ihsan Basir mengemukakan perempuan Indonesia adalah sumber daya potensial yang apabila diberi kesempatan akan maju dan meningkatkan kualitasnya secara mandiri, dan menjadi penggerak dalam dimensi kehidupan dan pembangunan bangsa.

"Namun masih ada fakta kurang menyenangkan bagi perempuan seperti masih tinggi tingkat kekerasan pada perempuan, kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki, terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap fasilitas kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, kurangnya peran perempuan dalam lembaga publik yang lebih luas (seperti partisipasi di bidang politik dan jabatan strategis di bidang pemerintah)," ungkapnya.

"Dan ketika perempuan menjadi pemimpin apakah mereka akan memiliki keberpihakan kepada perempuan? inilah tantangan yang harus dijawab oleh perempuan di berbagai bidang masing-masing," ujarnya.

Secara kultural, ia menguraikan, masih ada perempuan yang dibelenggu oleh budaya patriarki, perempuan di sektor domestik, laki-laki disektor publik. akses dan partisipasi perempuan dalam kepemimpinan masih rendah. Akibatnya dalam politik laki2 masih mendominasi, sehingga dalam menyusun perundangan belum banyak berpihak pada perempuan.

"Tantangan harus dijawab dengan dialog bersama kelompok laki-laki dalam pembangunan permberdayaan perempuan dan anak. Sehingga persoalan perempuan merupakan persoalan bersama perempuan maupun laki-laki," ujarnya.
DP3A Provinsi Sulteng melaksanakan workshop peluang dan tantangan politik perempuan era revolusi industri 4.0, yang melibatkan perempuan dari partai politik dan organisasi perempuan di wilayah Sulteng, di Palu, Senin. (ANTARA/HO-Dok DP3A Sulteng)