Inflasi Provinsi Sulawesi Tengah melambat hingga 1,69 persen

id inflasi,bankindonesia,ekonomi,sulawesitengah

Inflasi Provinsi Sulawesi Tengah  melambat hingga 1,69 persen

Pengendara roda dua maupun roda empat melintas di Jembatan Layang atau Fly Over, Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu 5/9/2021. ANTARA/HO-Muhammad Izfaldi

Kota Palu (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah mencatat adanya inflasi terjadi pelambatan dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan ke II dari sebelumnya 2,31 persen menjadi 1,69 persen dalam 'year one year (yoy)'.

“Inflasi gabungan dua kota di Sulawesi Tengah pada triwulan kedua 2021 tercatat rendah dan terkendali, cenderung melambat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yakni 2,31 persen,” kata Kepala BI perwakilan Sulteng, M Abdul Majid Ikram, di Palu. Rabu.

Ia menjelaskan terjadinya inflasi itu dipengaruhi rendahnya tekanan pada periode itu, terutama yang ditopang pada perbaikan pasokan bahan makanan, khususnya ikan segar karena kondisi cuaca yang berangsur membaik, dan komoditas tanaman pangan, serta panen raya yang sudah berlangsung pada sejumlah daerah di Sulteng.

"Kemudian pada sebagian wilayah Kabupaten Sigi juga jaringan irigasi Gumbasa telah difungsikan, sehingga mampu meredam lonjakan permintaan pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang lalu," ujarnya.

Ia menyatakan bahwa inflasi Sulteng masih berada di bawah target inflasi tahunan yaitu tiga persen plus satu persen, sedangkan stabilitas sistem keuangan daerah yang relatif terjaga, dan sektor perbankan telah mencatatkan kinerja yang positif.

“Dan hal ini tercermin dari peningkatan posisi aset bank, kredit, serta juga dana pihak ketiga (DPK) yang cukup tinggi pada triwulan laporan," ujarnya.

 Indikatornya, lanjut dia, antara lain pertumbuhan aset dalam year to year mencapai 12,32 persen, pertumbuhan kredit sebesar 15,83 persen dan pertumbuhan DPK mencapai 8,90 persen serta rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) juga rendah pada tingkat 2,28 persen.

Sementara dalam pengelolaan uang rupiah, aliran transaksi tunai pada triwulan II 2021 secara keseluruhan mengalami 'net outflow' sebesar Rp889 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 23,05 persen.

Kepala BI perwakilan Sulteng juga mengungkapkan transaksi non tunai dengan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 13.60 persen, dengan nominal transaksi melalui kartu debit mencapai Rp12,89 triliun atau tumbuh sebesar 13,54 persen.

Secara total mencapai 12,14 juta transaksi, dan melalui kartu kredit nominal transaksi mencapai Rp46,91 miliar dari total 59.473 transaksi. 

ia menambahkan hal itu dinilai turut berdampak dengan tumbuhnya transaksi pembayaran menggunakan sistem akseptasi quick response code Indonesia Standard (QRIS) sebesar 128 persen, yang diperkirakan penggunanya telah mencapai 36.823 dan tersebar di kota/kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah.