ASN Pemkot Palu dilatih tiga bahasa asing

id Imran Lataha, asisten III, Setda palu, Pemkotpalu, Sulteng, bahasa asing

ASN Pemkot Palu  dilatih tiga bahasa asing

Asisten III bidang Administrasi Umum sekretariat daerah Pemerintah Kota Palu, Imran Lataha. ANTARA/Moh Ridwan

Palu (ANTARA) - Aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, Sulawesi Tengah dilatih tiga bahasa asing dalam rangka peningkatan sumber daya manusia untuk mengoptimalkan kegiatan pelayanan publik.
 
"Tujuannya adalah, untuk mendukung salah satu capaian visi Wali Kota Palu menciptakan aparatur profesional, akuntabel dan hadir melayani sebagai pelayan publik," kata Asisten III bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah (Setda) Kota Palu Imran Lataha yang dihubungi di Palu, Minggu.

Ia mengemukakan, tiga bahasa asing yang menjadi fokus pelatihan tersebut yakni Bahasa Inggris, Mandarin dan Jepang yang mana dalam prosesnya, Pemkot Palu bekerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan bahasa di daerah itu untuk membantu percepatan penguasaan bahasa asing.
 
Olehnya, melalui kegiatan tersebut setidaknya pemerintah daerah telah berupaya memberikan layanan pendidikan dan latihan guna meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas di berbagai aspek.

Hal ini juga, sejalan dengan salah satu prioritas program reformasi birokrasi oleh Pemerintah Republik Indonesia sampai dengan 2024 mewujudkan ASN berkelas dunia.

"Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) telah mencanangkan pembangunan program 'smart ASN' 2024. Hal ini menjadi pondasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, khususnya di era digital dan revolusi industri 4.0 seperti saat ini," ungkap Imran.

Ia menjelaskan, pelatihan bahasa asing berlangsung selama dua bulan, di mulai pada Sabtu (24/10) hingga Desember 2021 dilaksanakan tatap muka sepekan sekali pertemuan dengan protokol kesehatan (prokes) ketat.

Di mana, jumlah peserta sebanyak 60 orang, yang masing-masing diutus dua orang delegasi setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
 
"Masing-masing kelas terdiri dari 20 ASN dan setelah pertemuan/teori, peserta langsung melakukan praktek untuk Bahasa Inggris," ucap Imran.

Sedangkan bahasa Mandarin dan Jepang, tahap awal peserta lebih diarahkan pada pengenalan dan penguasaan huruf, karena kedua bahasa tersebut belum 'familiar' diucapkan dalam berinteraksi di tengah masyarakat.

"Berbeda dengan Bahasa Inggris yang sudah sering diucapkan di tengah kehidupan sosial," demikian Imran.