FKUB Khawatir Konflik Pilkada Bermutasi Ke Sara

id fkub

Kami agak khawatir pilkada kemarin yang agak menegang jangan sampai ada mutasi konflik dari konflik politik ke konflik sara
Palu,  (antarasulteng.com) - Forum Komunikasi Umat Beragama di Sulawesi Tengah khawatir konflik politik pascapemilihan kepala daerah serentak di daerah setempat berpindah menjadi konflik suku, agama dan ras.

"Kami agak khawatir pilkada kemarin yang agak menegang jangan sampai ada mutasi konflik dari konflik politik ke konflik sara," kata Ketua FKUB Sulawesi Tengah Jamaluddin A Mariajang dalam sebuah diskusi dengan wartawan di Palu, Kamis sore.

Turut hadir dalam pertemuan tersebut tokoh agama mewakili Kristen Peter Barnabas, tokoh agama Budha diwakili Lucky Kriston serta Syamsuridjal Anggo dari muslim.

Diskusi tersebut berlangsung sebagai salah satu bentuk respons FKUB atas berbagai potensi konflik yang terjadi di daerah. Selain itu juga menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad dan Natal yang waktu pelaksanaannya bertepan sama.

Jamaluddin mengingatkan agar konflik politik yang terjadi khususnya pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah tidak menimbulkan ekses nehatif terhadap kerukunan umat bergama di daerah setempat.

"Jangan sampai kegiatan tidak terkontrol itu bisa berdampak pada prasangka-prasangka negatif," katanya.

Mantan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Alkhairaat itu mengatakan selama prasangka-prasangka negatif tidak dihilangkan dari benak individu umat beragama maka kerukunan umat beragama sulit terjaga.

"Dalam agama kami (Islam) prasangka-prasangka negatif itu bagian dari dosa," katanya.

Sementara itu anggota FKUB perwakilan agama Budha Lucky Kriston mengatakan saat ini masyarakat mulai terbuka akibat kemajuan teknologi dan informasi sehingga masyarakat cenderung tidak ingin lagi terperangkap pada prasangka yang membuat perpecahan.

Lucky mencontohkan, pada awal-awal tahun berdirinya sekolah Karuna Dipa di Kota Palu, umumnya masyarakat masih mengidentikkan sekolah tersebut hanya sekolah milik warga keturunan China.

"Sekarang sudah mulai hilang bahkan banyak anak-anak berjilbab sekolah di sana," katanya.

Menurut Lucky siswa-siswa mulim yang sekolah di Karuna Dipa justru banyak yang unggul di berbagai mata pelajaran.

"Ada siswa berjilbab juara satu tulisan indah dalam tulisan Tionghoa," katanya.

Dia mengatakan karena sudah terbukanya akses informasi saat ini, juga akan semakin membuat umat beragama semakin terbuka dalam melihat realitas kehidupan antarumat beragama yang cenderung semakin baik.