Tahun 2022 sekolah nelayan BMKG digelar di Toli-toli dan Banggai

id sekolahlapangcuaca,nelayan,bmkg,sulawesitengah

Tahun 2022 sekolah nelayan BMKG  digelar di Toli-toli dan Banggai

Seorang nelayan perempuan di Kota Palu, Sulawesi Tengah duduk di perahu tradisional miliknya. ANTARA/Kristina Natalia

Kota Palu (ANTARA) - Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) kembali akan digelar di Kabupaten Toli-toli dan Banggai, Sulawesi Tengah pada tahun 2022 dengan difasilitasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Meteorologi Palu.

Setiap daerah akan diikuti 100 orang nelayan sebagai pesertanya, para nelayan akan dibekali kemampuan cuaca dan iklim.

“Tahun 2022 sekolah lapang cuaca akan kembali dilanjutkan dan tetap digelar dua kali dalam setahun sesuai dengan anggaran,” jelas Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Palu, Nur Alim, di Palu, Sabtu.

Tahun 2021, sekolah lapang cuaca telah diselenggarakan di dua wilayah di Sulawesi Tengah, yakni di Kota Palu dan Kabupaten Poso dengan menghadirkan 100 nelayan utusan masing-masing kabupaten/kota.

“Jadwal tahun depan sedang kita atur dan setiap kabupaten pesertanya 60 persen nelayan, 30 persen kelompok nelayan dan sisanya pemerintah daerah setempat,” sebutnya.

Di Sulawesi Tengah, sekolah lapang cuaca untuk nelayan dibuat sejak tahun 2018, dimana para nelayan dibekali pengetahuan dan kemampuan soal cuaca dan iklim di perairan atau laut. Nelayan juga akan dilatih memahami teknologi informasi yang disediakan BMKG.

“Kegiatan SLCN ini dilangsungkan selama tiga hari dan diikuti hampir 35 orang nelayan,” tutur Nur Alim.

Nur Alim menjelaskan, penyelenggaraan SLCN ini difasilitasi oleh BMKG dan pemerintah maupun bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di masing-masing daerah di Sulawesi Tengah.

“Kami rutin melaksanakannya, sesuai anggaran akan kami gelar dua kali dalam setahun tetapi kalau ada LSM yang membantu dan meminta kami buat lagi ya tidak menjadi masalah,” terangnya.

Menurut Nur Alim, masih banyak nelayan di Sulteng yang belum paham tentang cuaca, iklim maritim maupun teknologi informasi yang di sajikan BMKG.

“SLCN ini perlu dibuat untuk memberikan pemahaman nelayan di masa yang semakin maju ini,” ucapnya.

“Kita meningkatkan kapasitas nelayan dalam memahami fenomena cuaca yang ada di perairan. Ini juga untuk keselamatan para nelayan saat melaut," tambahnya.