Produk UMKM dari Sulteng bakal pakai logo Cagar BiosferLoreLindu

id umkmsulteng,cagarbiosfer,lorelindu,tanihutan

Produk UMKM dari Sulteng  bakal pakai logo Cagar BiosferLoreLindu

Kalung terbuat dari biji-bijian dipamerkan dalam Pameran Hasil Hutan bukan kayu, berasal dari lembaga UMKM swadaya masyarakat Lore Tengah bernama Tambipohirampua di Taman GOR Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (21/11). ANTARA/Muhammad Izfaldi

Kota Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah bakal membranding seluruh produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), baik pangan maupun non pangan dengan logo Cagar Biosfer Lore Lindu sebagai langkah awal untuk mulai mengekspor ke berbagai negara di kawasan Asia dan Eropa.

“Penggunaan label logo cagar biosfer sangat penting sebagai nilai tambah dalam pemasaran produk, dan ini sudah kami bahas dengan Dinas kehutanan, Dinas Koperasi UMKM dan lembaga lain,” kata Kepala Disperindag Provinsi Sulteng, Richard Arnaldo Djanggola, di pameran dan promosi produk hasil hutan bukan kayu (Non- Timber Forest Exhibition and Promotion), Minggu.

Richard Arnaldo menjelaskan semua produk UMKM, baik pangan maupun non pangan akan diverifikasi, mana saja yang dapat menggunakan logo Cagar Biosfer agar lebih dikenal lagi secara meluas, baik nasional maupun internasional.

Hal itu bertujuan untuk memudahkan konsumen, hanya dengan melihat pada logo saja sudah bisa membedakan produk yang berkualitas dengan lainnya.

"Cagar Biosfer Lore Lindu ini adalah kawasan konservasi yang ada di Kabupaten Sigi dan Poso di Sulteng," tutur Richard.

Selain itu ia berharap pada ajang pameran dan promosi produk hasil hutan bukan kayu, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan.

“Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah dan stakeholder guna meningkatkan daya saing dan promosi produk Sulteng agar dapat diterima pasar,” katanya.

Dia mengajak kepada generasi muda agar turut berkecimpung dalam mengembangkan potensi hasil hutan bukan kayu sebagai kegiatan usaha yang menguntungkan dan ramah lingkungan, termasuk menggunakan teknologi informasi dalam memperluas cakupan pangsa pasar.

Sementara Chief Tecnical Advisor Forest Programme III, Bernd Unger mengatakan potensi hasil hutan bukan kayu untuk ekonomi masyarakat sangat besar. Dalam hal ini, pihaknya membantu memfasilitasi masyarakat untuk berhasil sesuai potensi masing-masing desa.

Ia mengungkapkan, cagar Biosfer Lore Lindu telah mendapatkan penghargaan dunia sejak 1977, sehingga menjadi instrumen UNESCO untuk promosi ekonomi masyarakat.

Karena itu seluruh lapisan masyarakat dan stakeholder, untuk terus mempromosikan keunggulan produk yang bersumber dari Cagar Biosfer Lore Lindu dalam setiap even.

“Masyarakat Sulteng agar membeli hasil produk lokal untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat,” ajaknya.

Di tempat yang sama, Direktur ROA Sulteng, Muhammad Subarkah mengatakan kegiatan ini melibatkan kelompok usaha tani hutan dan kelompok usaha perempuan yang berada dalam wilayah kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu.

“Tujuan kita sebagai ajang memamerkan, sekaligus mempromosikan serta memasarkan produk-produk hasil hutan bukan kayu dan produk pangan,” sebutnya.

Subarkah juga menyampaikan pameran itu guna mempertemukan konsumen dengan produsen, sebagai upaya membuka peluang kerja sama bisnis untuk produk-produk hasil hutan bukan kayu dan pangan, serta mendorong peran pemerintah dalam membantu dan mengembangkan produk-produk hasil hutan bukan kayu dan pangan sebagai salah satu industri kreatif potensial bagi daerah Sulawesi Tengah.

Sebab ia menilai produk-produk hasil hutan bukan kayu meneguhkan, bahwa pembangunan dapat terus berlangsung seiring dengan upaya-upaya masyarakat global, yang menginginkan pembangunan hijau berkelanjutan sebagai langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Seiring dengan perkembangan sejumlah kelompok usaha tani hutan yang berada di sekitar Cagar Biosfer, dalam beberapa tahun belakang telah dan tengah mengembangkan sumber-sumber penghidupan, di antaranya pemanfaatan dan pengolahan rotan menjadi barang atau produk jadi.

“Pengelolaan pascapanen kopi yang lebih baik dan memproduksi kopi sebagai salah satu sumber pendapatan, pengolahan jasa lingkungan, budidaya madu, anggrek serta produk pangan,” jelasnya.

Saat ini kerja-kerja kelompok usaha tani hutan bersama fasilitator desa, telah memperoleh dukungan dari Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sulawesi Tengah melalui Forest Programme III. Muhammad Izfaldi