Stasiun Meteorologi Palu imbau nelayan waspadai cuaca ekstrem

id Bmkg,Stasiun meteorologi kelas II Palu,Cuaca ekstrem,Cuaca buruk,Affan nugraha,Stasiun meteorologi

Stasiun Meteorologi Palu imbau nelayan  waspadai cuaca ekstrem

Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Kelas II Palu Affan Nugraha menjelaskan tentang perkembangan cuaca. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Stasiun Meteorologi Kelas II Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau masyarakat, khususnya nelayan di wilayah itu, mewaspadai cuaca ekstrem berupa angin kencang dan hujan deras disertai petir serta gemuruh.

"Masyarakat di pesisir pantai agar waspada serta nelayan agar memperhatikan cuaca," ucap Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Kelas II Palu, Affan Nugraha, di Palu, Jumat.

Stasiun Meteorologi Kelas II Palu menyatakan bahwa Sulteng saat berada di musim hujan yang berpotensi dilanda cuaca ekstrem.

Di musim hujan ini, katanya, akan terjadi peningkatan hujan dari rata-rata normal.

"Standarnya yaitu 150 milimeter per bulan, atau 50 milimeter per 10 hari. Kalau lebih dari pada itu, selama tiga bulan berturut-turut, maka kesimpulannya sudah terjadi musim penghujan, dari normalnya," ungkap Affan.

Hal ini, katanya, dipengaruhi angin dari timur ke selatan yang melintasi Samudera Pasifik dan Laut Selatan.

Dengan begitu, angin tersebut banyak membawa masa udara basah sehingga beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sulteng, berpotensi hujan.

Bahkan, katanya, untuk Sulteng dilewati belokan angin dari timur menuju selatan yang berdampak bertambah curah hujan dan meningkat curah hujan dalam level lebat.

Salah satu dampaknya, yaitu air laut pasang. Hampir secara keseluruhan wilayah Sulteng berpotensi hujan dengan intensitas lebat, kecuali Buol dan Tolitoli.

"Buol dan Tolis, ringan sampai sedang," katanya.

Untuk potensi cuaca ekstrem, diprakirakan di Donggala, Morowali dan Morowali Utara, Parigi Moutong dan Poso.

"Air laut pasang, selain karena hak itu, juga karena tingginya kecepatan angin dan grafitasi," katanya.

Dia menjelaskan kecepatan angin terbentuk karena adanya perbedaan tekanan yang cukup besar dari daratan dan lautan, serta adanya awan hujan atau Cumulonimbus.

"Di sekitar awan Cumulonimbus dapat menimbulkan angin kencang. Karena awan ini, secara struktur dia besar, ada aliran angin, pada bagian tengah ada aliran masa udara panas dan dingin, itu yang menekan, sehingga menekan ke bawah bisa mengakibatkan angin kencang," kata dia.

Bahkan, katanya, dalam beberapa studi kasus, dapat menimbulkan puting beliung.

Oleh karena itu, nelayan dan warga pesisir diimbau memperhatikan perkembangan atau informasi mengenai cuaca, sebelum melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut.
Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Kelas II Palu Affan Nugraha menjelaskan tentang perkembangan cuaca. (ANTARA/Muhammad Hajiji)