Dinkes Sulteng: Potensi Gizi Buruk Sejak Kehamilan

id gizi

Dinkes Sulteng: Potensi Gizi Buruk Sejak Kehamilan

Ilustrasi--Penderita gizi buruk (FOTO ANTARA/Ampelsa)

Gizi buruk bukan langsung terjadi, tetapi merupakan proses yang cukup panjang dimulai dari remaja putri. Sehingga harus terus dipantau sebelum menikah dan sebelum terjadinya pembuahan
Palu,  (antarasulteng.com) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Anshayari Arsyad di Palu, Kamis mengatakan bahwa potensi gizi buruk terjadi pada Balita sudah dimulai dari masa kehamilan.

"Gizi buruk bukan langsung terjadi, tetapi merupakan proses yang cukup panjang dimulai dari remaja putri. Sehingga harus terus dipantau sebelum menikah dan sebelum terjadinya pembuahan," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan dalam menangani kasus gizi buruk, dengan melihat kembali ke hulu atau penyebab terjadinya kasus itu.

Pengalaman yang terjadi, kata dia, kasus terjadi karena kurangnya asupan gizi. Selain itu ketidaktahuan masyarakat atas asupan gizi sejak kehamilan sampai melahirkan.

Kalau dari awalnya gizi sudah kurang, maka akan lebih besar lagi potensi bayi dilahirkan mengalami gizi buruk, katanya.

"Masih bayi tapi gizinya tidak seimbang, itu yang harus diupayakan supaya gizinya bisa cukup dan maksimal" ungkapnya.

Sebelumnya Kepala Bidang Bina Upaya Kesehatan (BUK) Dinkes Sulteng, Nurhasni mengatakan sampai November 2015 telah menemukan sebanyak 443 balita kasus gizi buruk di 13 Kabupaten dan Kota.

"Data yang masuk saat ini sampai bulan November 2015, itu sudah mencapai angka 443 orang dengan rincian Laki-laki 227 orang dan perempuan 216 orang," Kata Kepala Bidang Bina Upaya Kesehatan (BUK) Dinkes Sulteng, Nurhasni di Palu.

Ia merincikan untuk Kota Palu sebanyak 45 kasus, Kabupaten Sigi 35 kasus, Donggala 111 kasus, Parigi Moutong 81 kasus, Poso 47 kasus, Tojo Una-Una lima kasus, Morowali lima kasus.

Selanjutnya Banggai 14 kasus, Banggai Kepulauan delapan kasus, Tolitoli 57 kasus, Buol 21 kasus, Banggai Laut 10 kasus dan Morowali Utara enam kasus.

Pihaknya terus mendorong kabupaten dan kota untuk segera melaporkan data terakhir terkait angka gizi buruk sampai Desember 2015. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya angka pasti nanti dapat diketahui sekitar bulan Maret tahun berjalan.

Sementara itu berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) Dinkes Sulteng tahun 2013 sebanyak 442 balita mengalami kasus gizi buruk dan tahun 2014 berkurang menjadi 390 balita.