Menanti Kerja Nyata Kepala Daerah Yang Baru

id pasha

Menanti Kerja Nyata Kepala Daerah Yang Baru

Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu (kanan) melepas topinya usai dilantik sebagai Wakil Walikota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (17/2). Meskipun telah menjadi pejabat publik namun Pasha mengaku tidak akan melepas posisinya sebagai vokalis di Band Ungu. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc/16. (.)

Palu,  (antarasulteng.com) - Sebanyak tujuh kepala daerah hasil pemilihan kepala daerah 9 Desember 2015 di Sulawesi Tengah dilantik oleh Gubernur Longki Djanggola atas nama Menteri Dalam Negeri di halaman kantor gubernur setempat pada Rabu (17/2).

Tujuh pasangan kepala daerah baru yang dilantik, yaitu Bupati/Wabup Tolitoli Moh Saleh Bantilan/Abdul Rahman, Bupati/Wabup Poso Darmin Sigilipu/Samsuri, Bupati/Wabup Sigi Moh Irwan Lapata/Paulina, Bupati/Wabup Tojo Unauna Moh Lahai/Admin Lasimpala dan Wali kota/Wakil Wali kota Palu Hidayat/Sigit Purnomo.

Selain itu juga terdapat dua kepala daerah otonom baru yakni Bupati/Wabup Morowali Utara Aptripel Tumimomor/Moh Asrar Abdul Samad, Bupati/Wabup Banggai Laut Wenny Bukano/Hj Tuti Hamid,

Dari tujuh pasang bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota tersebut satu di antaranya petahana, yakni Bupati Tolitoli Moh Saleh Bantilan. Dia berpeluang besar melanjutkan rekam jejak pembangunan dari lima tahun sebelumnya untuk lebih ditingkatkan pada lima tahun mendatang.

 Selain Saleh Bantilan, selebihnya pejabat baru, termasuk wakilnya Abdurahman Budding. Para pemimpin baru tersebut lahir dari latar belakang pendidikan dan profesi yang berbeda-beda. Mulai dari birokrasi, pengusaha, politisi bahkan artis.

Di hadapan para pemimpin baru itulah sejumlah pekerjaan menanti untuk memajukan Sulawesi Tengah di berbagai sektor sehingga daerah ini lebih berdaya saing di tengah terbukanya kompetisi global Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

 Mereka segera bekerja setelah dilakukannya serah terima jabatan dari penjabat bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota ke pejabat definitif.

Direktur Lembaga Pengembangan Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia (LPS-HAM) Mohammad Affandi mengatakan, banyak pekerjaan yang menunggu dari kepala daerah yang dilantik tersebut diantaranya perbaikan kualitas pelayanan publik dan sistem kependudukan.

"Sistem kependudukan itu penting sebab dari sana kita tahu berapa jumlah penduduk miskin, berapa masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan, berapa banyak yang bekerja dan berapa yang tidak bekerja," kata Affandi.

Dia mengatakan, jika data kependudukan beres, maka pemerintah daerah bisa sigap mengambil kebijakan problem yang dihadapi masyarakat.

"Kalau data kependudukan kita bagus maka pemerintah daerah bisa dengan sigap memberikan pelayanan publik," katanya.

Pelayanan publik seperti sektor pendidikan dan kesehatan kata Affandi adalah hak asasi manusia sehingga perlu mendapat perhatian prioritas dari pemerintah daerah.

Sistem kependudukan juga dapat meminimalkan kelompok radikal yang belakangan ini membuat gaduh negara. Apalagi dari beberapa kepala daerah yang dilantik tersebut sebagian pernah tersentuh dengan jaringan kelompok radikal seperti Poso, Kota Palu dan Sigi.

Tidak kalah pentingnya sistem kependudukan juga terkait dengan politik khususnya pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah, pemilihan umum maupun pemilihan presiden.

Data penduduk kerap kali menjadi masalah setiap kali terjadi momentum politik praktis di negeri itu.

"Kalau sistem kependudukan kita dibenahi, tidak ada lagi penduduk yang punya KTP ganda, tidak ada lagi data pemilih ganda dan sebagainya. Jadi, masalah kependudukan itu penting. Dari sanalah semuanya kita bisa membenahi masalah yang ada," katanya.

Daerah Tertinggal

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi kepala daerah yang baru dilantik adalah memajukan daerah yang dia pimpin karena hingga kini Sulawesi Tengah masih masuk dalam kategori daerah tertinggal.

Sinyalemen ini juga dikemukakan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola saat melantik tujuh kepala daerah.

Longki mengatakan, salah satu tantangan yang harus dijawab kepala daerah adalah ketertinggalan daerah ini sehingga di pundak para kepala daerah yang baru itulah gubernur berharap Sulawesi Tengah bisa keluar dari daftar daerah tertinggal di Indonesia.

Longki juga mengingatkan kepala daerah yang terpilih agar tidak saja bekerja di belakang meja, tetapi rajin turun ke lapangan melihat langsung kondisi realitas yang dihadapi daerah dan masyarakatnya.

"Jangan hanya bekerja di belakang meja. Perbanyak turun ke lapangan untuk menyerap aspirasi rakyat dan menyelesaikan masalah mereka," katanya.

Gubernur meminta kepala daerah baru agar betul-betul memperhatikan potensi daerah dan kearifan lokal masing-masing untuk menyejahterakan rakyat.

 "Beri perhatian kepada masalah pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan tata ruang serta stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas)," ujarnya.

Masalah pendidikan seperti mahalnya biaya masuk sekolah dan adanya pungutan lainnya masih menjadi keluhan masyarakat.

Di Kota Palu, misalnya, masyarakat meminta agar Wali Kota Palu dan Wakil Wali Kota Palu yang baru dilantik memperhatikan masalah pendidikan sesuai janji-janji politik yang dikampanyekan kepada masyarakat saat pemilihan kepala daerah.

"Harapan kami supaya wali kota/wakil wali kota terpilih perhatikan kalangan masyarakat bawah terutama pendidikannya," kata Suardi, seorang relawan pemenangan Hidayat/Pasha dari Komunitas Pondasi Garda di sela-sela pelantikan serentak kepala daerah di Palu.

Tidak kalah pentingnya juga terkait dengan peluang usaha untuk mendongkrak ekonomi masyarakat mengingat saat ini peluang kerja semakin sulit.

Kasim, warga di Kelurahan Tondo, Kota Palu mengatakan, dulu saat kendaraan masih jarang dirinya masih sempat bekerja sebagai tukang ojek. Namun belakangan, kendaraan kian gampang diperoleh dengan uang muka murah, dia terpaksa meninggalkan pekerjaan itu.

"Terus terang saya sekarang memulung. Saya tidak malu, yang penting halal dan saya dapat pekerjaan," katanya.

Dia berharap dengan intervensi kebijakan pemerintah pekerjaan semakin terbuka sehingga ekonomi masyarakat juga semakin baik.

"Bagaimana caranya saya yang tadinya pemulung tidak lagi memulung. Itu harapan kami," katanya.

Karena sulitnya pekerjaan tersebut kata Kasim, semua puteranya belum memiliki pekerjaan.

"Anak saya empat orang, semua sudah menikah tapi belum ada pekerjaan," katanya.