Satu Warga Pombewe Bersikeras Tolak Lahannya Dilalui SUTT

id pln

Satu Warga Pombewe Bersikeras Tolak Lahannya Dilalui SUTT

Ilustrasi (antara)

Pemerintah sudah memberikan solusi dengan tukar guling namun warga tersebut tetap bertahan.
Palu (antarasulteng.com) - Hingga saat ini masih ada satu warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang bersikeras tidak mengizinkan lahannya dilalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) PLN sehingga menghambat distribusi listrik PLTA Poso ke Palu.

"Dari dua desa yang dilalui, Loru dan Pombewe, tinggal satu warga lagi di Pombewe yang masih bertahan. Yang lain sudah sepakat dan bersedia memberikan lahannya untuk ganti rugi sesuai ketentuan," kata Moh Fajrin, salah seorang fasilitator penyelesaian pembebasan lahan di Sigi, Jumat.

Pemerintah daerah telah turun tangan membantu penyelesaian pembebasan lahan pembangunan SUTT itu. Sejumlah pihak telah melakukan pertemuan di Desa Loru, Kamis (24/3), yakni Wakil Bupati Sigi Paulina, pejawab mewakili Gubernur Sulawesi Tengah, PLN dan kontraktor, unsur pemerintah kecamatan dan desa serta masyarakat setempat.

Fajrin mengatakan dari pertemuan tersebut tidak ada lagi kendala untuk masyarakat sepanjang PLN membayar ganti rugi secara teransparan sesuai ketentuan yang berlaku.

"Kecuali satu orang dari Pombewe. Dia bertahan karena itu tanah warisan orang tua yang harus dijaga," katanya.

Menurut Fajrin warga tersebut bersedia memberikan lahannya jika seluruh lahannya termasuk bangunan di atasnya diganti rugi senilai Rp1 miliar.

Dia mengatakan pemerintah sudah memberikan solusi dengan tukar guling namun warga tersebut tetap bertahan.

Menurut Fajrin, khusus masyarakat Loru, salah seorang pemilik lahan Moh Syafri mengatakan dirinya iklas menyerahkan lahannya demi kepentingan masyarakat luas, namun ia berharap tidak ada pihak yang mengambil untung dari kegiatan tersebut.

Syafri awalnya adalah warga yang bersikeras untuk tidak memberikan lahannya karena kecewa atas tidak transparannya pelaksanaan proyek di lapangan dan tidak ada konfirmasi ke pemilik lahan.

Suplai daya dari PLTA Sulewana ke sistem kelistrikan Palu sampai saat ini baru 30 Megawatt (MW) dari 95 MW daya yang disiapkan sehingga PLTA Poso saat ini memiliki daya yang menganggur (belum terjual ke PLN) sekitar 65 megawatt.

Krisis listrik dalam sebulan terakhir sangat dirasakan masyarakat Kota Palu dan sekitarnya karena sering mengalami pemadaman hingga enam jam perhari.

Pemadaman itu dilakukan menyusul adanya perbaikan mesin PLTD Silae tiga unit.

Pemadaman ekstrim akan dilakukan pada awal April 2016 karena mesin PLTU Panau akan memasuki masa pemeliharaan rutin sehingga harus diistirahatkan.