Satgas: Waspadai kenaikan kasus COVID-19

id covid

Satgas: Waspadai kenaikan kasus COVID-19

Tangkapan layar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam konferensi pers perkembangan penanganan COVID-19 yang diakses secara daring dari Jakarta, Selasa (21/6/2022). ANTARA/Wuryanti Puspitasari.

Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengingatkan bahwa kenaikan kasus COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir merupakan alarm yang perlu diwaspadai bersama.

"Terus perketat kedisiplinan protokol kesehatan. Pada saat ini sangat penting melindungi diri sendiri dan orang lain," katanya pada konferensi pers perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia per 21 Juni 2022 yang diakses secara daring dari Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan kasus positif mingguan telah mengalami kenaikan selama enam hari berturut-turut hingga di atas angka 1.000 kasus.

"Kendati jumlah ini terbilang tidak tinggi dibandingkan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan namun dengan jumlah kasus yang selama dua bulan terakhir ini terus dipertahankan di bawah angka 1.000 maka ini menjadi alarm yang perlu diwaspadai," katanya.

Dia menjelaskan kasus mingguan terjadi kenaikan sebesar 105 persen dari sebelumnya 3.688 pada minggu lalu menjadi 7.587 pada minggu ini.

"Hal ini juga berpengaruh pada kasus aktif yang ikut meningkat dari 4.734 menjadi 8.594 pada minggu ini," katanya.

Seyogyanya, kata dia, bila kasus positif dan kasus aktif mengalami kenaikan, maka kasus kematian harus ditekan dan persentase kesembuhan harus ditingkatkan.

"Namun di minggu terakhir ini terjadi kenaikan kematian mingguan dari 28 pada minggu sebelumnya menjadi 44, sehingga perlu segera digencarkan upaya mitigasi agar angka kematian tidak meningkat. Sebaliknya angka kesembuhan harus terus ditingkatkan," katanya.

Menurut Wiku, pemeriksaan merupakan indikator penting dalam upaya pengendalian penyebaran COVID-19.

"Testing yang tinggi akan meningkatkan keakuratan jumlah kasus positif di tengah masyarakat. Selain itu juga akan dengan cepat menjaring kasus agar cepat ditangani dengan baik sesuai gejala," katanya.

Satgas Penanganan COVID-19 juga mengingatkan ada beberapa hal yang perlu digencarkan guna mencegah kenaikan kasus COVID-19.

"Pertama deteksi kasus, dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menuju lokasi testing jika bergejala atau telah melakukan kontak erat. Pemda perlu memastikan tempat testing ada dan mudah dijangkau," katanya.

Kedua, perlindungan terhadap kelompok rentan perlu ditingkatkan khususnya dengan menggencarkan vaksinasi COVID-19.

"Vaksinasi sangat penting terutama bagi kelompok rentan atau yang memiliki komorbid karena dapat melindungi dari penyakit parah dan kematian," katanya.

Selain itu, kata dia, perlu pengawasan yang intensif pada pasien yang terkonfirmasi positif, secara lebih ketat baik yang ada di fasilitas kesehatan maupun tempat-tempat isolasi terpusat.

"Yang terpenting adalah terus disiplin memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak," katanya.

 Sementara itu Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) meminta semua pihak untuk terus memperkuat protokol kesehatan guna mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19 menyusul adanya subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5.

"Pandemi ini masih belum selesai sehingga seluruh pihak termasuk juga masyarakat perlu terus meningkatkan kewaspadaan dan disiplin menerapkan protokol kesehatan," kata Ketua Umum PB IDI dr Adib Khumaidi, Sp.OT dalam jumpa pers virtual yang diakses secara daring dari Jakarta, Selasa.

Menurut catatan IDI, kenaikan kasus COVID-19 terjadi selama beberapa pekan terakhir. Peningkatan signifikan mulai terlihat sejak awal pekan ini sebanyak 591 kasus, kemudian penambahan 930 kasus, hingga tembus 1.242 kasus pada pertengahan pekan.

"Subvarian BA.4 dan BA.5 menjadi 'varian of concern' yang perlu diwaspadai karena mudah menular," katanya.

Terkait hal tersebut, PB IDI mendorong kerja sama semua pihak baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat untuk tetap menjalankan berbagai upaya kewaspadaan guna mengantisipasi kenaikan kasus.

"Perlu strategi pencegahan dan sistem pengendalian penularan yang kuat. Penanganan ini tidak bisa dilakukan oleh tenaga medis saja, namun semua pihak secara bersamaan," katanya.

Adib Khumaidi juga mendorong agar kampanye protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19 untuk terus digencarkan guna meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat.

Ketua Bidang Pengkajian Penyakit Menular PB IDI Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menambahkan pihaknya merekomendasikan agar kebijakan melepas masker di tempat umum dikaji kembali.

"PB IDI merekomendasikan untuk dikaji kembali jika diperlukan serta meminta kepada pemerintah dan masyarakat untuk menggiatkan kembali vaksinasi 'booster' (penguat)," katanya.

Pihaknya juga mengingatkan masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit lainnya yang muncul di musim pancaroba ini.

"Misalkan demam berdarah dengue, cacar monyet, hepatitis akut serta sejumlah penyakit lainnya," katanya.

Dokter Agus juga mengingatkan meskipun kasus cacar monyet masih belum ditemukan di Indonesia namun semua pihak tetap perlu meningkatkan kewaspadaan.