Putin bertemu Jokowi sampaikan perkembangan terkait Ukraina

id Presiden Rusia Vladimir Putin

Putin bertemu Jokowi sampaikan perkembangan terkait Ukraina

Presiden RI Joko Widodo (kiri) dalam konferensi pers bersama Presiden Rusia Vladimir Putin usai pertemuan kedua pemimpin di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis waktu setempat (30/6). (ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Jakarta (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku menyampaikan secara detail perkembangan terkait Ukraina kepada Presiden RI Joko Widodo, dalam pertemuan keduanya di Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6).

"Tentu saja, selama pembicaraan kami membahas beberapa masalah regional dan internasional yang mendesak lainnya. Saya memberi tahu Presiden (Jokowi) secara rinci tentang perkembangan di Ukraina," kata Putin saat menyampaikan pernyataan pers bersama Presiden Jokowi di Kremlin, Rusia, sebagaimana dipantau di Jakarta, Jumat dini hari.

Putin tidak mengungkapkan lebih lanjut penjelasan detail terkait Ukraina yang disampaikannya kepada Jokowi. Putin lebih banyak menyampaikan diskusi tentang kerja sama bilateral antara Rusia dengan Indonesia.

Dia mengatakan bahwa Rusia dan Indonesia berupaya untuk mengoordinasikan posisinya di PBB dan organisasi internasional lainnya, termasuk ASEAN yang akan dipimpin Indonesia tahun depan.

Dia juga menyampaikan Rusia mendukung upaya Indonesia untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan KTT G20 yang berlangsung di Indonesia tahun ini.

Sebagaimana diketahui, Presiden RI Joko Widodo menemui Presiden Putin di Moskow, untuk mendorong perdamaian antara Rusia dengan Ukraina yang kini tengah berperang. Pertemuan dengan Putin dilakukan setelah sebelumnya Jokowi menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv, Ukraina.

Presiden Jokowi menyampaikan meskipun situasi saat ini masih sangat sulit, namun penyelesaian damai penting untuk dikedepankan dengan membuka ruang-ruang dialog.

Presiden Jokowi juga mengaku telah menyampaikan pesan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kepada Presiden Putin dan menyatakan siap membantu menjembatani komunikasi kedua pemimpin untuk upaya perdamaian kedua negara.




Pada kesempatan itu Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan ketidakseimbangan pasar pangan dunia merupakan konsekuensi langsung atas kebijakan makroekonomi yang tidak bertanggung jawab dari beberapa negara.

Alih-alih mengakui kebijakan ekonominya salah, menurut Putin, negara-negara Barat justru makin mengacaukan produksi pertanian global dengan membatasi pasokan pupuk Rusia dan Belarusia.

"Negara-negara Barat makin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarusia," kata Putin dalam pernyataan pers bersama Presiden RI Joko Widodo, usai pertemuan keduanya di Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6).

Video pernyataan pers bersama itu dapat disaksikan melalui akun Youtube Sekretariat Presiden. Sementara transkrip pernyataan Putin dan Jokowi juga diunggah dalam laman resmi Presiden Rusia www.kremlin.ru yang terbuka untuk publik.

Putin menyampaikan negara-negara Barat juga menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, memperumit asuransi kapal, dan pembayaran bank berdasarkan kontrak perdagangan.

"Saya akan tekankan sekali lagi. Rusia telah dan tetap menjadi salah satu produsen dan eksportir makanan utama dunia," tegasnya.

Dia menyebutkan Rusia memasok produk pertanian ke 161 negara. Tahun lalu, Rusia mengekspor lebih dari 43 juta ton biji-bijian, termasuk 33 juta ton gandum.

"Tahun ini, kami mengharapkan panen biji-bijian yang baik, yang memungkinkan kami untuk meningkatkan pasokan kami ke pasar eksternal hingga 50 juta ton," jelasnya.

Putin menyatakan Rusia siap memenuhi permintaan produsen pertanian di Indonesia dan negara-negara sahabat lainnya untuk pupuk nitrogen, fosfor,  kalium, serta bahan baku untuk produksi tani.

"Pangsa pupuk mineral Rusia di pasar dunia mencapai 11 persen dan melebihi 20 persen dalam beberapa varietas. Tahun lalu, kami mengirim 37 juta ton produk ini ke luar negeri," kata dia.

Putin menegaskan Rusia berniat untuk terus memenuhi, dengan iktikad baik, semua kewajiban kontraktualnya untuk pasokan makanan, pupuk, sumber daya energi, dan barang-barang penting lainnya. Dalam konteks ini, Rusia menganggap penting untuk memulihkan rantai pasokan yang terganggu oleh sanksi.