BI Sulteng: Konsumsi cabai olahan dan ikan air tawar agar inflasi tertekan

id Sulteng,Sandi,Palu,Bi,Bank Indonesia

BI Sulteng: Konsumsi cabai olahan dan ikan air tawar agar inflasi tertekan

Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulteng Dwiyanto Cahyo Sumirat. ANTARA/Muhammad Arsyandi

Palu (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mendorong warga di seluruh daerah di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) agar mengonsumsi cabai olahan dan ikan air tawar untuk menekan inflasi Sulteng yang meningkat di atas rata-rata inflasi nasional.



Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulteng Dwiyanto Cahyo Sumirat di Palu, Rabu mengemukakan tingginya inflasi Sulteng diakibatkan konsumsi masyarakat terhadap cabai non olahan dan ikan air laut yang sangat tinggi sehingga jika masyarakat beralih mengonsumsi cabai olahan dan ikan air tawar maka inflasi Sulteng dipastikan turun.



"Berdasarkan karakteristiknya, cabai olahan dapat disimpan dalam waktu lama oleh masyarakat. Penggunaan cabai olahan seperti cabai bubuk diharapkan menjadi substitusi bagi cabai segar yang tidak dapat bertahan lama dan rentan terhadap naik turunnya pasokan," katanya.



Di sisi lain, lanjutnya,  ikan air tawar menjadi potensi komoditas yang dapat didorong menjadi alternatif menu ikan yang sangat digemari oleh warga Sulteng. 



Ikan air tawar berpeluang mengurangi tekanan inflasi karena dapat di budidayakan secara luas sehingga ketergantungan terhadap faktor alam dapat lebih berkurang.



"Bukan berarti kita melakukan subtitusi konsumsi atau menghentikan konsumsi cabai segar dan ikan air laut namun sebagai pelengkap konsumsi masyarakat," ujarnya.



Dwiyanto mengatakan Dwiyanto cabai bubuk dan ikan air tawar dapat menjadi variasi baru bagi menu masakan sehari-hari di rumah yang saat ini masih sangat bergantung terhadap cabai segar dan ikan air laut.



"Dengan hadirnya variasi menu yang lebih beragam, hal tersebut dapat mengurangi tekanan inflasi dari sisi permintaan," kata Dwiyanto.



Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga September 2022 tingkat inflasi gabungan di Sulteng mencapai 6,73 persen secara tahunan atau year on year (yoy) atau berada diatas rata-rata nasional sebesar 5,95 (yoy).



Angka tersebut mencerminkan tingginya kenaikan harga secara tahunan yang mayoritas didorong oleh komoditas langganan inflasi seperti cabai non olahan dan ikan air laut seperti ikan cakalang.