Dari Alquran, Siapa Pun Bisa Meraih Kepuasan

id quran

Dari Alquran, Siapa Pun Bisa Meraih Kepuasan

Ilustrasi membaca Al-Quran (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Jakarta (antarasulteng.com) - Al-Quran sejatinya dapat memberikan kepuasan kepada siapa pun yang membacanya, karena jika dikaji dari berbagai sisi selain menampakan keindahan juga dapat memberi nilai lebih.

Dari sisi ilmiah, Al Quran dapat memberi kepuasan dari berbagai sisi. Sebab, Al Quran dapat dipandang sebagai "permata", memberi keindahan dari berbagai sudut pandang.

Seorang ilmuan bisa jadi melihat Al Quran bagai "permata". Sebab, melalui penghayatan yang dalam, dapat memuaskan dirinya. Tapi dari sisi seni, ada seorang seniman memandang Al Quran dapat memuaskan kepada siapa pun.

Seniman, yang dalam pandangan konyolnya, membandingkan Al Quran seperti buah dada ibunya, yang dapat memuaskan anak bayi ketika menetek. Juga dapat memuaskan bapak si bayi.

Al Quran bisa tampil secara terbuka. Namun ia mengingatkan "membaca" Al Quran bukan sebatas "iqra", bacalah. Jika ingin mendapatkan nilai lebih dari Al Quran hendaknya harus dibarengi dengan kebersihan.

Kebersihan di sini harus dimaknai: bersih fisik dan hati. Jadi, harus ada mata batin yang bersih. Bersihkan diri dahulu sebelum membaca Al Quran. Dengan cara itu, akan diperoleh kedalaman makna dari Al Quran itu sendiri. Jangan sentuh musaf sebelum bersih. Bersih disini, bersih lahir dan batin.

Jadi, membaca Al Quran tidak cukup sebatas dengan dukungan nahu dan sorof. Perlu kebersihan lahir dan batin. Namun di sisi jangan memahami ayat Al Quran ayat per ayat belaka.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa di sekitar Al Quran masih ada ayat lain yang dapat dimaknai berupa tanda, atau sinonim dengan alam. Jadi, jangan terpaku pada "iqro", tapi juga harus paham ayat lain berupa alam raya.

Da, terkait peringatan turunnya Al Quran, di Indonesia setiap tanggal 17 Ramadan, diperingati sebagai Nuzulul Quran. Di berbagai tempat, peringatan ini diisi dengan ceramah.

Harus diakui bahwa Ramadan memiliki derajat kemuliaan tertinggi di antara bulan-bulan lainnya. Karena itu, satu malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan itu, perlu diisi dengan kegiatan amal salah dengan mengikuti seluruh ajaran Rasulullah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman, "Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya amalan puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Shiyam (puasa) adalah sebagai tameng.

Jagalah diri

Oleh karena itu, bila salah seorang di antara kamu berpuasa, maka dia harus menjaga diri. Janganlah berkata kotor, janganlah berteriak dan jangan (pula) bersikap seperti sikapnya orang-orang jahil. 

Jika ia dicela atau disakiti orang lain maka katakanlah, Sesungguhnya aku sedang berpuasa (ucapkan: dua kali). Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di genggaman-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah pada hari kiamat (kelak) jauh lebih harum daripada harumnya minyak kasturi.

Orang yang berpuasa akan merasakan dua kebahagiaan. Apabila berbuka, ia merasakan gembira dengan buka puasanya dan apabila berjumpa dengan Rabbnya, ia bergembira dengan puasanya. 

Karena semua keutamaan lailatur qodr itu, sebagian ulama berpendapat bahwa 10 terakhir Ramadhan itu lebih utama dibandingkan 10 hari pertama dzulhijjah.

Nabi Muhmmad SAW pun bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadan),lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya. 

"Allah merahmati seseorang yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya, apabila isterinya menolak, dia akan memercikkan air ke mukanya. Dan Allah merahmati seorang isteri yang bangun malam lalu shalat, kemudian dia membangunkan suaminya, apabila suaminya enggan, maka isterinya akan memercikkan air ke muka suaminya."

Sepuluh hari terakhir juga adalah penutup bulan Ramadan, sementara setiap amalan itu tergantung dengan penutupnya. Sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa'ad radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Dan sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupannya. (HR. Al-Bukhari no. 6117). Di antara keistimewaan 10 hari ini adalah di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan atau yang dikenal dengan malam al-qadr.

Pada malam Al-Quran diturunkan, ditetapkan takdir untuk setahun berikutnya, dan pada malam itu terdapat banyak pengampunan. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul. (QS. Ad-Dukhan: 3-5)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. 

Dan siapa yang menegakkan (shalat pada malam) pada lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Al-Bukhari no. 34 dan Muslim no. 1268).

Ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan pada 10 hari ini tidak terbatas pada shalat lail saja, akan tetapi mencakup semua jenis ibadah seperti membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, bersedekah, dan selainnya. Termasuk juga ibadah yang menyangkut kesolehan sosial, lebih peduli kepada orang tidak mampu dan menghindari perbuatan tercela.

Umat muslim pun diharapkan dapat menampilkan wajah Islam yang ramah dan toleran, menjauhi tindakan kekerasan dan anarkis dalam perikehidupan di masyarakat.

Islam tidak menghalalkan tindak kekerasan secara semena-mena, apalagi berlaku dzalim terhadap sesama. Apapun alasannya, tindakan kekerasan tentu tidak dibenarkan. Apalagi tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama atau berdalih menegakkan agama.

Tentu saja pelatihan selama Ramadhan diharapkan bisa melekat di hati, menjadi inspirasi bagi anak bangsa. Dapat menjadi pegangan bagi pemimpin. 

Bukankah Rasulullah telah mengingatkan bahwa, aku tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Kemuliaan ahlak ke depan diharapkan dapat mewarnai kehidupan bangsa Indonesia. Pemimpin menjadi teladan bagi rakyatnya. Kata dan perbuatan diharapkan bisa sejalan. Tentu, rakyat memperoleh keadilan dan disejahterakan, bukan jadi melarat.

Sesungguhnya, jika umat Muslim konsisten dan berpegang teguh kepada ajaran yang terkandung dalam Al-Quran, siapa pun bisa meraih kepuasan. Kenapa tidak?