Bangunan Puskesmas Senilai Rp1,4 Miliar Di Wana Mubazir

id Morowali Utara

Bangunan Puskesmas Senilai Rp1,4 Miliar Di Wana Mubazir

Bupati Morut Aptripel Tumimomor saat berada di dalam Puskesmas Desa Lijo, Rabu (22/6) (Antarasulteng.com/Ale)

Bupati Morut Aptripel Tumimomor geleng-geleng kepala melihat kondidi bangunan.
Kolonodale (antarasulteng.com) - Kantor Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Desa Lijo, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara (Morut), yang diresmikan Gubernur Sulawesi Tengah Drs H Longki Djanggola, MSi pada 23 Februari 2016 hingga kini belum bisa dimanfaatkan.

Proyek yang memanfaatkan dana APBN 2015 senilai Rp 1,4 miliar itu masih kosong melompong dan terkesan dikerja asal jadi.

Bupati Morowali Utara Aptripel Tumimomor yang melakukan kunjungan mendadak di Puskesmas itu, Rabu (22/6), terlihat geleng-geleng kepala melihat berbagai kejanggalan bangunan itu. Pemasangan plafon dan pilar bangunan tampak tidak beraturan.

Bupati Aptripel dan Wakil Bupati Moh Asrar Abd Samad selama dua hari berada di Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato dalam rangkaian Safari Ramadan. Namun saat berkunjung ke Lijo, Aptripel hanya ditemani Camat Mamosalato Nasib Ntjee, SH dan Kapolsek Mamosalato Aiptu Alfrets Gagola S.Sos.

Desa Lijo terletak di pegunungan dan merupakan desa terbesar di antara sejumlah desa lainnya di pedalaman Wana.
Puskesmas yang dibangun di desa itu diresmikan Gubernur Sulteng Longki Djanggola secara simbolis melalui penandatanganan prasasti bersamaan dengan peresmian sejumlah proyek lainnya di Morut. Acara peresmian itu dilaksanakan saat sertijab Bupati Morut di Kolonodale pada 23 Februari 2016.

Bupati melakukan peninjauan mendadak ke Puskesmas itu setelah mendapatkan laporan bahwa bangunan Puskesmas itu belum bisa digunakan meski sudah diresmikan gubernur empat bulan lalu. Saat berada di lokasi itu, bupati sempat menunjuk beberapa pekerjaan yang dinilainya tidak benar.

"Apa-apaan ini. Siapa ini yang kerja. Kontraktornya mana," tanya bupati yang lulusan magister (S2) teknik sipil itu.

Selain sudah tidak tepat waktu, Bupati Aptripel menyoroti beberapa jenis pekerjaan yang tidak beres seperti bangunan itu tidak siku, banyak tiang (pilar) mubazir karena tidak ada fungsinya, pemasangan tegel (keramik) asal jadi, dan beberapa item lainnya.

Plt Kepala Desa Lijo, Josafat Nau, yang ikut mendampingi bupati dalam peninjauan itu mengakui pekerjaan Puskesmas ini memang bermasalah akibat tidak lancarnya pembayaran gaji tukang dari kontraktor. Beberapa pekerja bahkan sudah pulang ke kampungnya dengan meninggalkan utang di beberapa kios di Lijo.

Joice Rawung, pemilik kios yang dekat dengan bangunan Puskesmas itu dengan suara tinggi melaporkan kepada Bupati Morut bahwa di kiosnya para pekerja bangunan itu masih punya utang Rp5 juta lebih.

"Mereka sudah pada lari semua pak. Utang mereka sama saya mencapai Rp 5 juta lebih. Kontraktornya jarang muncul di sini pak sehingga gaji mereka tidak lancar," kata Joice.

Ia mengakui, salah seorang tukang yang datang dari luar terpaksa menjual delapan sak semen kepadanya untuk biaya pulang ke kampungnya.

"Daripada saya tidak dapat apa-apa, ya saya terima saja semen itu," kata Joice.

Tokoh Masyarakat Lijo, Yuslan Lagale, menyesalkan tidak lancarnya pembangunan gedung Puskesmas ini. Dengan terhambatnya penyelesaian proyek ini otomatis menghambat pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Lijo dan beberapa desa sekitarnya.

Ia mengaku pernah mendiskusikan masalah ini dengan Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Daerah Morowali Utara drg. Fatmawati A. Halid M.Kes.

Waktu itu, kata Yus, dokter Timang (panggilan akrab Kadis Kesehatan itu), mengatakan terhambatnya pekerjaan Puskesmas itu akibat para tukang yang datang dari Kolonodale diancam dengan parang oleh beberapa pemuda di Lijo.

"Kalau ini saya bantah. Tidak ada tabiat orang Wana seperti itu. Saya sudah cek. Yang benar malam itu, baik para tukang maupun anak-anak di sini (Lijo) sama-sama mabuk. Kalau cuma begitu biasalah. Besoknya mereka sudah sama-sama lagi, tidak ada masalah," jelas mantan Kades Lijo itu.

Yus juga menjelaskan, waktu ke Lijo bulan Mei lalu, dokter Timang bermalam di rumahnya sehingga mereka bisa berdiskusi cukup lama. Waktu itu juga ada kontraktor Andi. Yang dia tidak bisa terima saat dokter Timang mengatakan bahwa kalau bangunan ini masih banyak kekurangan, tidak apa-apa karena sudah siap biaya rehab sekitar Rp 100 juta.

"Ini bagaimana. Bangunan Puskesmas itu belum digunakan sudah mau diturunkan biaya rehab. Itu tidak masuk diakal saya," tegasnya.

Berdasarkan papan proyek yang terpampang di depan Puskesmas itu, proyek ini dikerjakan CV Sultan Abadi yang berkantor di Desa Ganda-Ganda, Kecamatan Petasia, Morut, dengan nilai kontrak Rp 1.434.444.000. Sesuai dengan isi kontrak, bangunan ini mestinya dikerjakan selama 76 hari kalender atau dua setengah bulan.

Para tukang setempat menyebut nama Andi sebagai pelaksana atau pemenang proyek Puskesmas Lijo itu.

“Namanya pak Andi. Tapi dia jarang ke sini. Gaji kami tidak lancar dibayar," kata seorang tukang bangunan. (ale)


Kolonodale (antarasulteng.com) - Kantor Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Desa Lijo, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara (Morut), yang diresmikan Gubernur Sulawesi Tengah Drs H Longki Djanggola, MSi pada 23 Februari 2016 hingga kini belum bisa dimanfaatkan.

Proyek yang memanfaatkan dana APBN 2015 senilai Rp 1,4 miliar itu masih kosong melompong dan terkesan dikerja asal jadi.

Bupati Morowali Utara Aptripel Tumimomor yang melakukan kunjungan mendadak di Puskesmas itu, Rabu (22/6), terlihat geleng-geleng kepala melihat berbagai kejanggalan bangunan itu. Pemasangan plafon dan pilar bangunan tampak tidak beraturan.

Bupati Aptripel dan Wakil Bupati Moh Asrar Abd Samad selama dua hari berada di Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato dalam rangkaian Safari Ramadan. Namun saat berkunjung ke Lijo, Aptripel hanya ditemani Camat Mamosalato Nasib Ntjee, SH dan Kapolsek Mamosalato Aiptu Alfrets Gagola S.Sos.

Desa Lijo terletak di pegunungan dan merupakan desa terbesar di antara sejumlah desa lainnya di pedalaman Wana.
Puskesmas yang dibangun di desa itu diresmikan Gubernur Sulteng Longki Djanggola secara simbolis melalui penandatanganan prasasti bersamaan dengan peresmian sejumlah proyek lainnya di Morut. Acara peresmian itu dilaksanakan saat sertijab Bupati Morut di Kolonodale pada 23 Februari 2016.

Bupati melakukan peninjauan mendadak ke Puskesmas itu setelah mendapatkan laporan bahwa bangunan Puskesmas itu belum bisa digunakan meski sudah diresmikan gubernur empat bulan lalu. Saat berada di lokasi itu, bupati sempat menunjuk beberapa pekerjaan yang dinilainya tidak benar.

"Apa-apaan ini. Siapa ini yang kerja. Kontraktornya mana," tanya bupati yang lulusan magister (S2) teknik sipil itu.

Selain sudah tidak tepat waktu, Bupati Aptripel menyoroti beberapa jenis pekerjaan yang tidak beres seperti bangunan itu tidak siku, banyak tiang (pilar) mubazir karena tidak ada fungsinya, pemasangan tegel (keramik) asal jadi, dan beberapa item lainnya.

Plt Kepala Desa Lijo, Josafat Nau, yang ikut mendampingi bupati dalam peninjauan itu mengakui pekerjaan Puskesmas ini memang bermasalah akibat tidak lancarnya pembayaran gaji tukang dari kontraktor. Beberapa pekerja bahkan sudah pulang ke kampungnya dengan meninggalkan utang di beberapa kios di Lijo.

Joice Rawung, pemilik kios yang dekat dengan bangunan Puskesmas itu dengan suara tinggi melaporkan kepada Bupati Morut bahwa di kiosnya para pekerja bangunan itu masih punya utang Rp5 juta lebih.

"Mereka sudah pada lari semua pak. Utang mereka sama saya mencapai Rp 5 juta lebih. Kontraktornya jarang muncul di sini pak sehingga gaji mereka tidak lancar," kata Joice.

Ia mengakui, salah seorang tukang yang datang dari luar terpaksa menjual delapan sak semen kepadanya untuk biaya pulang ke kampungnya.

"Daripada saya tidak dapat apa-apa, ya saya terima saja semen itu," kata Joice.

Tokoh Masyarakat Lijo, Yuslan Lagale, menyesalkan tidak lancarnya pembangunan gedung Puskesmas ini. Dengan terhambatnya penyelesaian proyek ini otomatis menghambat pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Lijo dan beberapa desa sekitarnya.

Ia mengaku pernah mendiskusikan masalah ini dengan Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Daerah Morowali Utara drg. Fatmawati A. Halid M.Kes.

Waktu itu, kata Yus, dokter Timang (panggilan akrab Kadis Kesehatan itu), mengatakan terhambatnya pekerjaan Puskesmas itu akibat para tukang yang datang dari Kolonodale diancam dengan parang oleh beberapa pemuda di Lijo.

"Kalau ini saya bantah. Tidak ada tabiat orang Wana seperti itu. Saya sudah cek. Yang benar malam itu, baik para tukang maupun anak-anak di sini (Lijo) sama-sama mabuk. Kalau cuma begitu biasalah. Besoknya mereka sudah sama-sama lagi, tidak ada masalah," jelas mantan Kades Lijo itu.

Yus juga menjelaskan, waktu ke Lijo bulan Mei lalu, dokter Timang bermalam di rumahnya sehingga mereka bisa berdiskusi cukup lama. Waktu itu juga ada kontraktor Andi. Yang dia tidak bisa terima saat dokter Timang mengatakan bahwa kalau bangunan ini masih banyak kekurangan, tidak apa-apa karena sudah siap biaya rehab sekitar Rp 100 juta.

"Ini bagaimana. Bangunan Puskesmas itu belum digunakan sudah mau diturunkan biaya rehab. Itu tidak masuk diakal saya," tegasnya.

Berdasarkan papan proyek yang terpampang di depan Puskesmas itu, proyek ini dikerjakan CV Sultan Abadi yang berkantor di Desa Ganda-Ganda, Kecamatan Petasia, Morut, dengan nilai kontrak Rp 1.434.444.000. Sesuai dengan isi kontrak, bangunan ini mestinya dikerjakan selama 76 hari kalender atau dua setengah bulan.

Para tukang setempat menyebut nama Andi sebagai pelaksana atau pemenang proyek Puskesmas Lijo itu.

“Namanya pak Andi. Tapi dia jarang ke sini. Gaji kami tidak lancar dibayar," kata seorang tukang bangunan. (ale)