Perkebunan Sawit Berpeluang Dongkrak Ekonomi Sulawesi Tengah

id sawit

Perkebunan Sawit Berpeluang Dongkrak Ekonomi Sulawesi Tengah

Kelapa Sawit (antaranews)

Masuknya transmigrasi juga ternyata memicu semangat masyarakat sekitar untuk lebih giat berusaha
Palu,  (antarasulteng.com) - Perkebunan sawit di Sulawesi Tengah berpeluang besar mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah setempat karena minat masyarakat untuk membangun perkebunan sawit semakin besar setelah sejumlah daerah menuai sukses dari sawit.

"Ada beberapa daerah mulai bangkit setelah mereka melihat warga transmigrasi sebagian sudah berhasil kebun sawitnya. Masuknya transmigrasi juga ternyata memicu semangat masyarakat sekitar untuk lebih giat berusaha," kata Kepala Bidang Pengembangan Usaha Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah Ir Mulyadi Hiola MSi di Palu, Jumat.

Dia mengatakan dari tahun ke tahun minat investor di sektor perkebunan sawit juga semakin tinggi sehingga luasan lahan juga terus meningkat.

Saat ini sudah terdapat 54 perusahaan yang mengantongi izin usaha perkebunan (IUP) dan izin lokasi (Inlok) dengan luas total mencapai 713.217 hektare tersebar di Kabupaten Donggala, Buol, Morowali, Banggai, Tojo Unauna, Tolitoli dan Morowali Utara.

"Itu belum masuk luas lahan plasma (milik petani)," katanya.

Menurut Mulyadi dari total luas lahan tersebut baru sebagian berproduksi, proses penanaman dan proses penyiapan penanaman.

Dia mengatakan sebagain ekonomi masyarakat saat ini sudah ditunjang dari perkebunan sawit namun belum signifikan.

Mulyadi mengtakan perkebunan sawit tidak saja menyedot tenaga kerja di hulu namun juga di hilir seperti tenaga kerja di pabrik CPO.

"Dengan investasi sawit, minimal 20 persen untuk masyarakat dari luas lahan. Kalau perusahaan punya 10.000 hektare maka minimal untuk masyarakat (plasma) itu 2.000 hektare. Ini yang membantu ekonomi masyarakat," katanya.

Dia mencontohkan, PT. Kurnia Luwuk Sejati di Kabupaten Banggai seluas 16.009 hektare tidak seluruhnya milik perusahaan. Sebanyak 10.927 hektare diantaranya status plasma, sementara inti hanya 5.082 hektare.

"Umumnya produksi tandan buah segar kita 30 ton per hektare per panen. Kalau Rp1.500 per kilogram maka petani bisa dapat Rp45 juta," katanya.

Mulyadi mengatakan pendapatan tersebut sangat membantu ekonomi petani sehingga perkebunan sawit berpeluang besar mendongkrak petumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah ini dalam empat tahun terakhir (2011-2015) mencapai 9,91 persen. Pertumbuhan signifikan terjadi pada 2015 yakni 15,56 persen sehingga menempati urutan teratas di kawasan regional Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Namun pertumbuhan ekonomi tersebut umumnya masih ditopang dari sektor petambangan.