Tim Investigasi TNI-Polri tiba di Poso

id Tinombala

Tim Investigasi TNI-Polri tiba di Poso

Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi (kanan) saat memberikan keterangan kepada pers. (Antarasulteng.com/Chandra)

Brigjen Pol Rudy Sufahriadi: kami bertanggung jawab penuh atas peristiwa ini.
Poso (antarasulteng.com) - Tim investigasi dari Mabes TNI dan Mabes Polri yang akan memeriksa secara mendalam kasus tertembaknya Serda Muhammad Ilman, anggota Intel Korem 132/Tadulako yang tergabung dalam Operasi Tinombala, telah tiba di Poso, Kamis, dan mulai melaksanakan tugas mereka.

Tim investigasi ini beranggotakan tujuh orang masing-masing Kakorbrimob Polri Irjen Pol Murad Ismail, Danpspom TNI Mayjen TNI Dodik, Kasdam VII/Wirabuana Brigjen TNI Supartodi, Kabagops Korbrimob Kombes Pol Abdul Rahman Baso, Danrem 132/Tadulako Kol Inf Muh. Saleh Mustafa, Kasi Propam BAKBP Asep Syaifuddin dan Brimob dan Provost Mabes Polri AKBP Eddy Susanto.

Tim tersebut menumpang pesawat komersial dari Makassar mendarat di Bandara Kasiguncu Poso, disambut Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi selaku Penanggung Jawab Komando Operasi (PJKO) Tinombala 2016 didampingi Brigjen TNI Ilyas Alamsyah selaku Wakil PJKO dan Kepala Operasi Tinombala yang juga Wakapolda Sulteng Kombes Pol Leo Bona Lubis.

Dari Bandara rombongan kemudian bergerak dengan kendaraan roda empat menuju Posko Operasi Tinombala 2016 Sektor II Tokorondo, Kecamatan Poso Pesisir untuk bertemu dengan para personel TNI-Polri, namun pertemuan tersebut tertutup bagi wartawan.

Turunnya tim investigasi gabungan Mabes TNI dan Polri di Poso merupakan respon atas permintaan Satgas Operasi Tinombala 2016 untuk dilakukan investigasi penuh atas peristiwa tertembaknya Serda Muhammad Ilman, anggota tim Intel Korem 132/Tadulako yang disebut-sebut terlibat kontak tembak dengan anggota Brimob Polri di sekitar pos sekat Desa Towu, Kecamatan Poso Pesisir Utara, pada Rabu sekitar pukul 12.30 Wita.

Kapolda Sulteng Rudy Sufahriadi selaku penanggung jawab operasi belum bersedia memberikan penjelasan rinci mengenai kronologis peristiwa tersebut sebelum ada investigasi bersama oleh tim Mabes TNI dan Mabes Polri.

Namun, keterangan yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Serda Muhammad Ilman tertembak saat bersama beberpaa personel Satgas 1 Intelijen Tinombala yang dipimpin Kapten Inf Khalef, hendak mengecek kebenaran adanya penimbunan senjata di suatu tempat di dalam wilayah Operasi.

Tim intel ini melintasi pos sekat Desa Towu, Kecamatan Poso Pesisir Utara, pada Rabu sekitar pukul 12.30 WITA dan entah bagaimana, terjadi kontak tembak oleh personel Brimob karena menduga mereka adalah DPO kasus terorisme yang diburu dalam Operasi Tinombala tersebut.

Kontak tembak ini menyebabkan Serda Ilman gugur dan jenazahnya telah diberangkatkan ke Makassar dari Bandara Mutiara Sis Aldjufri Palu, Kamis pagi, untuk dikebumikan di tanah kelahirannya Kabupaten Pangkep, Sulsel.

Dalam prosesi pemakaman Serda Muhamad Ilman, Kapolda Sulsel Irjen Pol Anton Harlian ikut mengusung jenazah ke tempat pemakaman.

Tanggung jawab penuh

Dalam jumpa pers di Poso, Rabu malam, wartawan bertanya apakah benar Serda Ilman tertembak anggota Brimob, Rudy menjawab; "Kita tunggu saja hasil investigasi. Yang jelas Serda Muhammad Ilman gugur karena tertembak. Ia gugur sebagai pahlawan."

Rudy Sufahriadi atas nama pribadi dan seluruh Satgas Operasi Tinombala menyatakan belasungkawa yang mendalam atas gugurnya Serda Muhammad Ilman dan mendoakan semoga arwah almarhum mendapat tempat di sisi Allah SWT sesuai dengan amal ibadah serta pengabdianya kepada nusa dan bangsa.

"Kami bertanggung jawab penuh atas peristiwa ini," ujarnya.

Rudy juga mengatakan bahwa hasil investigasi tim Mabes TNI dan Polri itu akan dibuka agar diketaui masyarakat secara luas.

Ia pun mengakui adanya kesalahan prosedural dalam operasi di sekitar pos sekat Desa Towu tersebut sehingga peristiwa yang tidak diinginkan ini bisa terjadi.

"Ini karena kesalahan di dalam prosedural, nanti mana yang salah, hasil investigasi yang akan menyimpulkannya," ujar Brigjen Rudy.

Ia mengakui bahwa memang masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaan operasi ini sehingga ke depan pihaknya akan melakukan evaluasi agar peristiwa seperti ini tidak akan terjadi lagi.

"Kami akan melakukan evaluasi agar tidak terjadi lagi, sehingga kami berhasil dengan baik dan dapat menangkap DPO-DPO kasus terorisme yang tersisa setelah Santoso tertembak mati," tutur Rudy lagi.