Kecenderungan Investasi Di Sulteng Bergeser Ke Nonpertambangan

id plta

Kecenderungan Investasi Di Sulteng Bergeser Ke Nonpertambangan

Kawasan PLTA Sulewana, Poso (ANTARANews)

Realisasi investasi di sektor ini cukup tinggi
Palu,  (antarasulteng.com) - Kecenderungan realisasi investasi di Sulawesi Tengah pada semester I/2016 mulai bergeser ke sektor transportasi, gudang, telekomunikasi, tanaman pangan dan perkebunan setelah beberapa tahun sebelumnya masih didominasi sektor pertambangan, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi.

"Realisasi investasi di sektor ini cukup tinggi," kata Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Sulawesi Tengah Shandra Tobondo di Palu, Kamis.

Dia mencontohkan realisasi investasi bidang usaha tanaman pangan dan perkebunan oleh PT Agrodeco Dutakarsa pada Semester I/2016 sebanyak Rp27 miliar sehingga total investasi perusahaan di Kabupaten Banggai Kepulauan itu telah mencapai Rp30 miliar dari rencana sebesar Rp480 miliar.

Chandra mengatakan perusahaan tersebut tertinggi realisasi investasinya di bidang usaha tanaman pangan dan perkebunan.

"Masih ada beberapa perusahaan lain, yang nilai investasinya juga menggembirakan," katanya.

Sementara untuk bidang usaha industri makanan, realisasi tertinggi dilakukan oleh PT Timurjaya Indomakmur. Perusahaan yang berinvestasi di Kabupaten Morowali Utara ini merealisasikan investasinya pada triwulan II sebesar Rp 520 miliar sehingga total investasi pada semester I/2016 mencapai Rp628 miliar dari rencana sebesar Rp760 miliar.

Untuk sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi realisasi tertinggi dilakukan oleh PT Bintang Delapan Mineral di Kabupaten Morowali sebesar Rp213 miliar dari rencana investasi sebesar Rp1,01 teriliun.

Pada sektor usaha listrik, gas, dan air, realisasi tertinggi dicatat oleh PT Poso Energi Satu Pamona. Perusahaan yang membangun PLTA sebesar 45 megawatt tersebut telah merealisasikan investasinya sebesar Rp560 miliar dari rencana investasi sebesar Rp2,9 triliun.

"Ini yang menjadi catatan kami bahwa tren investasi mulai bergeser ke transportasi, gudang, telekomunikasi, tanaman pangan dan perkebunan," katanya.

Menurut Shandra, walaupun realisasi investasi masih dikuasai sektor pertambangan, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi sebesar Rp8,8 triliun, tetapi sektor nonpertambangan grafiknya juga terus membaik.

Dia mengatakan total realisasi investasi sektor industri makanan pada semester I/2016 mencapai Rp525,9 miliar, disusul transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp452,9 miliar.

Sementara sektor listrik, gas dan air sebesar Rp305,9 miliar serta tanaman pangan dan perkebunan sebesar Rp38,3 miliar.