Jika hari ini Pemilu AS, maka Hillary Clinton yang menang

id clinton

Jika hari ini Pemilu AS, maka Hillary Clinton yang menang

Kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton. (REUTERS/Randall Hill) (.)

New York (antarasulteng.com) - Jika Pemilu Amerika Serikat diadakan hari ini, maka calon presiden dari Demokrat Hillary Clinton akan menang di negara bagian-negara bagian mengambang Florida, Ohio dan Virginia dengan 95 persen peluang mengalahkan kandidat Republik Donald Trump sehingga menjadi perempuan presiden pertama AS, simpul jajak pendapat terbaru dari proyek Reuters/Ipsos States of Nation.

Proyek yang mengombinasikan jajak pendapat dengan analisis pola suara di bawah skenario Pemilu yang berbeda itu menunjukkan Clinton mengalahkan Trump dengan marjin enam persepn poin dan memimpin di 19 negara bagian, termasuk negara bagian-negara bagian berpenduduk padat yang sangat mempengaruhi hasil Pemilu.

Pada detik itu, Clinton akan memenangkan paling sedikit 268 suara Electoral College, badan yang memilih presiden AS, atau berselisih dua suara dari yang diperlukannya untuk masuk Gedung Putih. Rata-rata, mantan menteri luar negeri ini akan menang sampai 108 electoral college.

Trump akan memenangkan paling sedikit 21 negara bagian dengan kebanyakan berpenduduk sedikit sehingga dia minimal mendapatkan 179 suara electoral.

Pemilu AS masih 10 pekan lagi, dan hal besar akan terjadi sebelum 8 November.

Kedua kandidat seri di delapan negara bagian, termasuk Pennsylvania, Michigan dan North Carolina, selain Alaska, Wyoming dan Washington D.C.  Trump harus memenagkan 21 negara bagian yang saat ini berada di pihaknya versi jajak pendapat.

Jajak pendapat ini juga menyimpulkan, jika Trump tidak bisa menarik suara mayoritas pemilih perempuan, suara kaum moderat Republik dan kaum minoritas, maka dipastikan dia akan kalah pada Pemilu Presiden nanti.

Proyek Reuters/Ipsos States of the Nation diselenggarakan melalui survei online dengan mengumpulkan jawaban dari 16.000 orang per minggu. Para responden menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar latar belakang demografis mereka, afiliasi partai mereka dan presiden pilihan mereka. 

Jawaban mereka diukur berdasarkan estimasi penduduk terakhir, dan setiap responden diperingkat berdasarkan kesukaan mereka dalam memilih, demikian Reuters.