Sulteng Beberkan Kondisi Irigasi Terlantar

id irigasi

Sulteng Beberkan Kondisi Irigasi Terlantar

Salah satu irigasi di Sulawesi Tengah. (Foto : dok.sdasulteng)

Palu,  (antarasulteng.com) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah membeberkan sejumlah kondisi daerah irigasi yang sudah puluhan tahun terlantar akibat berbagai faktor, diantaranya keterbatasan kemampuan teknis, keterbatasan anggaran, regulasi dan kewenangan yang timpang.

Kondisi itu dipaparkan di hadapan sejumlah pejabat dari Kemenko Perekonomian, Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian dan Kementerian Dalam Negeri di Palu, Kamis.

"Daerah irigasi Malonas terlantar selama 31 tahun. Kami hanya membiayai terus pemeliharaannya tetapi tidak bisa maksimum fungsinya. Entah sudah berapa ratus miliar habis di sana, tetapi sampai sekarang ratusan hektare tidak bisa dialiri air," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Tengah Saliman Simanjuntak.

Daerah irigasi Malonas di Kabupaten Donggala, merupakan irigasi kewenangan provinsi yang dibangun 1985 dengan potensi 1.625 hektare. Namun hingga saat ini luas fungsionalnya baru mencapai 688 hektare.

Menurut Saliman, terlantarnya irigasi tersebut karena perencanaan saluran tersier tidak satu kesatuan dengan saluran primer dan sekundernya.

"Perencanaan dan pelaksanaan jaringan primer dan sekunder terpisah dengan tersiernya, sehingga banyak air di bangunan sadap tidak dapat diteruskan ke tersier pada lahan yang seharusnya dilayani," katanya.

Selama ini, kata dia, pembangunan tersier diserahkan kepada petani sementara petani belum memiliki kemampuan teknis maupun anggaran untuk membangun jaringan tersebut.

"Walaupun tiap tahun dibangun dan direhabilitasi ruas-ruas tertentu, kinerja irigasi tidak akan maksimal," katanya.

Karena itulah, kata Saliman, ke depan perencanaan jaringan irigasi harus satu kesatuan sistem dari mulai bendungan hingga ke jaringan tersiernya.

Usulan itu, kata dia, karena penanganan irigasi menyangkut banyak aspek seperti titik ketinggian acuan, batas petak tersier dan sebagainya.

Selain irigasi Malonas, Saliman juga memaparkan kondisi daerah irigasi Bunta di Kabupaten Banggai. Irigasi yang dibangun 1992 tersebut memiliki potensi 2.481 hektare namun sampai saat ini luas fungsionalnya baru 1.411 hektare.

Demikian halnya daerah irigasi Air Terang di Kabupaten Buol. Irigasi yang dibangun tahun 1996 dengan luas potensial 1.028 hektare tersebut saat ini baru mampu mengairi 450 hektare sawah.

Saliman juga memperlihatkan foto dan video sejumlah irigasi yang sudah rusak akibat keterbatasan anggaran rehabilitasinya.

"Sudah begitu, usulan dana DAK (dana alokasi khusus) yang kami ajukan dipotong pula," katanya.

Saat ini terdapat 484 daerah irigasi di Sulawesi Tengah masing-masing kewenangan pusat enam daerah irigasi, provinsi 33 dan kabupaten 445 daerah irigasi.

Total potensi daerah irigasi tersebut mencapai 161.636 hektare, namun saat ini luas fungsionalnya baru mencapai 109.508 hektare sehingga masih ada 52.128 hektare yang belum dapat difungsikan.

Menurut Saliman jika kondisi irigasi yang demikian sulit, dikuatirkan berdampak pada rencana swasembada pangan melalui program Upsus Pajala (upaya khusus padi, jagung, kedelai).