Petani Sigi Bergairah Harga Cabai Naik Tajam

id cabai

Petani Sigi Bergairah Harga Cabai Naik Tajam

Ilustrasi--Petani tanam cabai (antaranews)

Sigi, Sulteng,  (antarasulteng.com) - Para petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah semakin bergairah menanam cabai karena harga komoditi pangan yang sangat dibutuhkan itu di pasaran terus bergerak naik tajam.

Subhan, seorang petani di Desa Sidera, Kecamatan Sigibiromaru, Minggu, mengatakan sangat senang karena harga cabai di pasaran sejak Januari sampai medio Februari 29017 di Kota Palu mengalami kenaikan cukup signifikan.

Ia mengatakan petani cabai saat ini lagi beruntung dibandingkan lainnya, sebab harga komoditi hortikultura itu lagi meroket.

Di tingkat petani, kata dia, harga cabai rawit berkisar Rp90.000 sampai Rp100.000/kg.

Sebelum harga naik, kata dia, pedagang yang biasa membeli langsung ke patani hanya mematok harga cabai paling tinggi Rp20.000/kg.

Tetapi sekarang ini, harga cabai di tingkat petani cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir ini. "Harga cabai sekarang ini merupakan tertinggi selama ini di sentra produksi," kata Subhan petani asal Jawa Timur itu.

Hal senada juga disampaikan Luky, seorang petani di Dusun Tokelomo, Kecamatan Palolo. Ia mengatakan selain menanam cabai sendiri di kebun, juga sebagai penampung.

"Saya selama ini membeli cabai dari petani dan dijual kembali ke pasar di Kota Palu dengan harga yang cukup mahal," kata dia.

Ia mengaku dari hasil menjual cabai, ayah satu anak ini sudah berhasil membeli kendaraan sepeda motor.

Dia enggan merinci penghasilannya, kecuali mengatakan selama harga cabai di pasaran naik tajam, petani juga ikut menikmatinya.

Namun, dia mengaku mengembangkan cabai membutuhkan dana yang cukup besar."Tetapi jika harganya seperti sekarang ini, otomatis hasilnya juga sangatlah lumayan besar," katanya tanpa merinci.

Kepala Bidang Perdagangan dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, Zainuddin membenarkan harga cabai di pasaran hingga kini belum juga turun.

Harga cabai di tingkat pengecer saat ini masih berkisar Rp130 ribu sampai Rp150 ribu/kg. Harga ini memang merupakan tertinggi di Sulteng dalam beberapa tahun terakhir.

Kenaikan harga cabai dipicu karena produksi petani menurun drastis akibat dampak dari curah hujan tinggi dan juga petani yang menanam cabai sangat kurang, sebab biayanya tinggi.

Di Malang, kata Zainuddin saat mereka studi banding ke petani cabai, untuk satu hektare lahan membutuhkan modal mencapai Rp100 juta.

Dengan biaya seperti itu, tentu akan sangat sulit bagi petani di Sulteng mengembangkan tanaman cabai seluas satu hektare.

"Kebanyakan petani di Sulteng hanya menanam cabai dalam lahan yang kecil dan disesuaikan dengan modal," kata dia.

Selain itu, banyak hasil panen petani yang dijual keluar seperti selama ini ke Kalimantan Timur.