Pemkab Sigi Programkan Produk Unggulan Desa

id irwan

Pemkab Sigi Programkan Produk Unggulan Desa

Bupati Sigi, Sulawesi Tengah, Irwan Lapata (tengah) (fb)

Sigi, Sulteng,  (antarasulteng.com) - Pemkab Sigi di Sulawesi Tengah memprogramkan setiap desa dan kecamatan di daerah itu punya satu produk unggulan di segala sektor, termasuk pertanian dan perkebunan.

"Ini program dari Pemkab Sigi dalam beberapa tahun ke depan," kata Bupati Sigi Irwan Lapata, Rabu.

Ia mengatakan program tersebut diselaraskan dengan program pemerintah pusat sesuai dengan visi misi Pemerintah Kabupaten Sigi yakni mewujudkan masyarakat Sigi yang maju mandiri berbasis ekonomi kerakyatan.

Pemkab Sigi, kata Bupati Irwan juga fokus pada ekonomi kerakyatan pertanian.

Pihaknya menginginkan pembangunan pertanian ini terintegrasi dengan baik. Misalnya, ada cabai dan jagung sesuai dengan program nasional.

Jumlah desa di Kabupaten Sigi saat ini ada sebanyak 176 desa, rata-rata memiliki produk pertanian yang sama dalam satu kawasan (kecamatan).

Menurutnya, potensi tersebut justru akan lebih terintegrasi dengan baik, jika setiap kecamatan difokuskan pada satu produk unggulan saja.

Irwan mencontohkan, Kecamatan Kulawi mereka khususkan untuk durian dan manggis. Begitu juga kecamatan lainnya khusus untuk kakao dann kopi.

Berikutnya di Kecamatan Palolo dan Nokilalaki terkenal dengan kawasan bambu.

Kabupaten Sigi masih mengandalkan sejumlah komoditi seperti kopi, durian, manggis, kakao, lansat dan juga tanaman hortikultura.

Kendala di beberapa daerah yang menghambat produktifitas pertanian di Kabupaten Sigi, yakni masih terdapatnya kawasan yang kekurangan air.

Terkait masalah dimaksud, kata Bupati Irwan, Menteri PDTT, Eko Putro Sandjojo saat kunjungan kerja ke Kabupaten Sigi beberapa waktu lalu telah menyarankan, agar sebagian dana desa yang digelontorkan digunakan untuk membangun embung (sumber mata air).

Menurut dia, jika setiap desa atau punya produk unggulan, maka pasar akan datang sendiri. Artinya, para pedagang akan datang langsung membeli di desa atau kecamatan sesuai dengan produk sudah ada.

Jadi, bupati, pedagang tidak lagi susah-susah keliling untuk mendapatkan produk yang dibutuhkan. Begitu pembeli butuh kopi, maka ia akan mencari di desa atau kecamatan yang punya produk unggalan tersebut.

Selain itu, juga bisa menjadi obyek wisata yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan juga daerah.