Lebih dari separuh pengguna internet Indonesia terdampak kejahatan siber

id cyber

Lebih dari separuh pengguna internet Indonesia terdampak kejahatan siber

Ilustrasi. (REUTERS/Social Media Website via Reuters )

Jakarta (antarasulteng.com) - Kaspersky Lab baru-baru ini memperbaharui Kaspersky Cybersecurity Index, yaitu seperangkat indikator yang menyediakan evaluasi tingkat risiko bagi pengguna internet di seluruh dunia. 

Dalam keterangan tertulisnya yang diterima ANTARA News, Senin di Jakarta, Kaspersky Lab mengungkap bahwa Indeks di paruh kedua 2016 menunjukkan tren positif yaitu terus meningkatnya jumlah pengguna yang mengkhawatirkan keamanan mereka, dan siap untuk melindungi diri terhadap ancaman siber.

Indeks tersebut didasarkan pada survei online kepada pengguna internet di seluruh dunia, yang dilakukan oleh Kaspersky Lab dua kali setahun. Pada paruh kedua 2016, sebanyak 17.377 responden dari 28 negara yang disurvei.

Untuk paruh kedua di 2016, 3 indikator utama pada Kaspersky Cybersecurity Index (Tidak Peduli – Tidak Terlindungi – Terkena Dampak) menunjukkan angka 74 – 39 – 29. 

Artinya, 74 persen dari pengguna tidak percaya bahwa mereka bisa menjadi sasaran dari penjahat siber, 39 persen pengguna tidak menggunakan solusi perlindungan pada semua perangkat terkoneksi milik mereka, dan 29 persen dari mereka yang disurvei terkena dampak dari ancaman siber dalam beberapa bulan terakhir. 

Sebelumnya Indeks menyumbang 79 – 40 – 29, yang berarti bahwa enam bulan yang lalu banyak orang percaya bahwa mereka tidak kebal dan lebih memilih untuk tetap terlindungi.

Khusus untuk Indonesia, pada paruh kedua tahun 2016, persentase dari Tidak Peduli – Tidak Terlindungi – Terkena Dampak menunjukkan angka 58 – 36 – 58. 

Artinya, 58 persen dari pengguna tidak percaya bahwa mereka bisa menjadi sasaran dari penjahat siber, 36 persen pengguna tidak menggunakan solusi perlindungan pada semua perangkat terkoneksi milik mereka, dan 58 persen dari mereka yang disurvei terkena dampak dari ancaman siber dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara itu, persentase korban kejahatan siber juga tetap berada di tingkat yang sama (58 persen). Jumlah akun online milik pengguna yang mengalami peretasan turun dari 19 persen menjadi 16 persen.

Namun, mengalami peningkatan pada beberapa jenis ancaman lainnya seperti serangan ransomware (9 persen), kebocoran data oleh pihak ketiga (8 persen), peretasan perangkat (8 persen) dan data dicegat saat menggunakan perangkat/ terkoneksi (8 persen).

(Baca juga: Survei: Lebih baik putus cinta daripada hilang smartphone) (skd)