Ayo, Minimalisir Risiko Prediabetes!

id diabetes

Ayo, Minimalisir Risiko Prediabetes!

Ilustrasi (antaranews)

Jakarta (antarasulteng.com) - Tahukah Anda bahwa prediabetes itu adalah pencetus Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT 2), di mana penderitanya berisiko dua sampai empat kali ini lebih berisiko terkena penyakit jantung dibandingkan dengan non diabetes melitus. Kenyataanya, angka kejadian prediabetes ini meningkat setiap tahunnya dan jumlahnya dua kali lipat dari angka penderita diabetes. Tentu, kita mesti deteksi dan cegah prediabetes sejak dini!

Diakui oleh Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE bahwa bila dalam jangka pendek prediabetes ini tidak ditangani segera, individu dengan prediabetes ini akan berkembang menjadi DMT2.

“Memang pradiabetes ini tidak mudah mendeteksinya oleh awam bila belum terkena diabetes. Namun, gejala yang muncul bila terkena diabetes itu banyak makan, minum, badan lemas, dan berat badan turun tanpa sebab,” jelas Prof. Mardi dalam acara program edukasi “Pentingnya Deteksi Dini & Pencegahan Prediabetes” di Kantor Dinas Kesehatan RI, Jakarta, Kamis (4/5).

Ketua PERSADIA wilayah Jakarta ini mengungkapkan bahwa terdapat penanda prediabetes. “Kadar glukosa darah puasa 100-125mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199mg/dl. Dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25 persen prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50 persen tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25 persen kembali pada kondisi glukosa darah normal. Dengan melakukan deteksi dini prediabetes dapat mencegah peningkatan prevalensi DMT2 yang berhubungan dengan mordibitas, risiko progresivitas penyakit, biaya, dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dini,” ungkapnya.

Kepala Bidang Subdirektorat Diabetes Melitus, Direktorat P2PTM dr. Widyastuti, MKM mengatakan bahwa individu dengan prediabetes ini mesti memerhatikan pula gaya hidup. “Mesti menjaga asupan gula, garam, dan lemak. Biasakan membaca label kemasan supaya tahu berapa yang diperlukan tubuh. Kemudian, lakukan aktivitas fisik dan asup makanan berserat dan rendah kalori,” imbuh dr. Widyastuti. (skd)