Presiden Perintahkan Kejar Tujuh DPO Teroris Poso

id jokowi

Presiden Perintahkan Kejar Tujuh DPO Teroris Poso

Presiden Joko Widodo (ANTARA/Biro Pers Setpres-Laily Rachev)

Palu,  (antarasulteng.com) - Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi mengatakan Presiden Joko Widodo memberikan perintah kepada Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala untuk tetap fokus mengejar tujuh anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang melakukan aksi-aksi teror di wilayah Poso selama ini.

"Saat pertemuan dengan Presiden tadi, beliau memberikan apresiasi kepada seluruh personel Satgas Tinombala dan berpesan untuk fokus mencari tujuh orang DPO yang tersisa," kata Kapolda kepada pers di Palu, Selasa, usai mengantar kepulangan Presiden Joko Widodo ke Jakarta setelah berkunjung ke Palu sejak Senin (15/5) malam.

Dalam jumpa pers ini, Kapolda Sulteng ditemani Pangdam XIII/Merdeka Mayjen TNI Ganip Warsito.

Dalam pertemuan tersebut, kata Kapolda, Presiden menanyakan soal pasukan Satgas Operasi Tinombala yang berhasil menemukan dan menembak dua orang dari sembilan DPO tersebut anggota MIT itu.

Pihaknya menjelaskan kepada Kepala Negara bahwa para DPO kasus terorisme itu ditemukan di tengah hutan di wilayah Gunung Biru, Kecamatan Poso Pesisir.

"Lokasi penemuan itu, bagi masyarakat umum, baru bisa dijangkau dengan berjalan kaki selama 4 hari dari Desa Tamanjeka karena medannya yang berat," kata Kapolda.

Dua orang DPO dinyatakan tewas dalam baku tembak di daerah simpang angin wilayah Gunung Biru itu pada Selasa (15/5) sekitar pukul 12.05 Wita.

Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru dan Firdaus alias Daus alias Barok alias Rangga, keduanya asal Bima NTB.

Sementara tujuh orang DPO yang tersisa menjadi target perburuan yakni Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon asal Poso. Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar asal Poso. Qatar alias Farel asal Bima NTB. Nae alias Galuh asal Bima NTB. Basir alias Romzi asal Bima NTB. Abu Alim dan Kholid asal Bima NTB.

Lebih lanjut, kata Kapolda, keberhasilan operasi itu merupakan hasil kerja sama antara personel gabungan TNI dan Polri, yang setiap saat melakukan evaluasi baik di Palu, Poso maupun Manado.

Hasil evaluasi, kata dia, yang juga dilakukan berdasarkan keterangan tersangka yang ditangkap hidup sebelumnya, bahwa dalam jarak dua kilometer, mereka sudah bisa mendengar dan merasakan pergerakan aparat keamanan.

"Jadi polanya kami ubah dengan sistem acak, akhirnya dua orang kembali tertembak," ujar Kapolda. (skd)