Organda: Angkot Di Palu Semakin Berkurang

id organda

Organda: Angkot Di Palu Semakin Berkurang

Ilustrasi (antaranews)

Sesuai data jumlah angkutan kota (angkot) yang masih beroperasi saat ini sekitar 300 unit dari sebelumnya mencapai ribuan unit
Palu,  (antarasulteng.com) - Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sulawesi Tengah, H Ramlan mengatakan jumlah kendaraan angkutan kota di Palu yang beroperasi semakin berkurang.

"Sesuai data jumlah angkutan kota (angkot) yang masih beroperasi saat ini sekitar 300 unit dari sebelumnya mencapai ribuan unit," katanya di Palu, Rabu.

Selan terus berkurang, kondisi fisik kendaraan juga menurun drastis.

Rata-rata usia angkot di Ibu Kota Provinsi Sulteng itu sudah tua dan tidak ada peremajaan.

Para pengusaha angkot sekarang ini enggan meremajakan kendaraan mereka antara lain karena penumpang moda transportasi tersebut semakin sedikit.

Di Kota Palu jumlah sepeda motor setiap tahunnya mengalami peningkatan cukup signifikan. Kebanyakan warga yang sebelumnya biasa menggunakan angkot untuk pergi ke tempat kerja, sekolah dan kampus, sekarang sudah memiliki kendaraan sendiri.

"Ya boleh dibilang yang naik angkot, rata-rata ibu rumah tangga yang mau berbelanja berbagai kebutuhan sehari-hari ke pasar," kata dia.

Selain itu, semakin banyaknya sepeda motor sewa (ojek) juga merupakan salah satu faktor berkuranya penumpang angkot.

Menurut dia, tidak menutup kemungkinan ke depan, jika tidak dilakukan peremajaan, kendaraan angkot akan menghilang dari jalan atau punah.

Ramlan juga menyoroti soal tidak adanya trayek angkot di Kota Palu.

Di Palu, kata dia, sopir angkot mencari penumpang dengan keliling kota karena memang trayeknya tidak diberlakukan. Ada trayek yang ditetapkan oleh instansi berwenang, tetapi selama ini tidak jalan.

Seorang sopir angkot mengatakan sulit trayek diberlakukan karena penumpang sangat kurang. "Meski kami sudah keliling , itupun masih sulit mendapatkan penumpang. Apalagi kalau mengikuti trayek semakin sulit lagi dapat penumpang," kata Ronie, seorang sopir angkot.

Ia juga mengaku pendapatan terus menurun. Kalau dahulu penghasilan sopir angkot dalam sehari bisa mencapai Rp200 ribu, kini sudah paling tinggi Rp75.000/hari.

Bagaimana pemilik angkot mau membeli angkot baru, jika penghasilan hanya cukup untuk biaya operasional dan gaji sopir. (skd)