GAPKI: Indonesia harus tetap jadi produsen sawit terbesar dunia

id GAPKI

GAPKI: Indonesia harus  tetap jadi produsen sawit terbesar dunia

Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menyerahkan cinderamata kepada Global Head UNDP Andrew Bovarnick di Markas PBB, New York, Rabu (6/9) waktu setempat. (Antarasulteng.com/Humas GAPKI)

UNDP: ISPO adalah instrumen sangat berharga untuk keberlanjutan sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
New York (Antarasulteng.com) - Pertemuan tingkat tinggi para pemangku kepentingan masalah sawit di Markas PBB, New York, Rabu (6/9), menjadi batu loncatan yang baik bagi sektor perkelapa-sawitan Indonesia. 

Di forum ini, pemerintah dan dunia usaha satu suara untuk menegaskan posisi Indonesia terkait pengembangan sektor kelapa sawit yang berkelanjutan. 

"Penguatan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil System) adalah komitmen nyata dari pemerintah dan dunia usaha di Indonesia untuk membangun sektor perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan," kata Musdalifah Mahmud, Deputi Bidang Pangan dan Pertanian Kementerian Perekonomian saat memberikan pidatonya pada forum internasional yang digagas UNDP di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New York, Amerika Serikat, Rabu (6/9) waktu setempat. 

Poin yang akan dicapai dalam forum dunia yang dihadiri sekitar 300 delegasi dari berbagai negara tersebut adalah bagaimana dunia bisa menyeimbangkan kebutuhan produksi dengan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan. 

Selain Musdalifah, Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Joko Supriyono juga berbicara dalam forum tersebut. 

Musdalifah berharap pertengahan tahun depan, poin-poin terkait penguatan ISPO bisa dipenuhi. ISPO adalah standar keberlanjutan yang bersifat wajib bagi perkebunan kelapa sawit Indonesia. 

"Penguatan ISPO adalah momentum untuk meningkatkan standar keberlanjutan sektor kelapa sawit Indonesia sampai pada tingkat yang bisa diterima dunia," kata Musdalifah.

Sementara itu, dalam paparannya, Joko Supriyono menegaskan bahwa dunia usaha di Indonesia sangat berkomitmen untuk mencapai tata kelola perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan. 

Saat ini, kata Joko, dunia usaha dan pemerintah bahu-membahu bagaimana meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit khususnya bagi petani (smallholders).

"Alih-alih melakukan ekspansi lahan, kami berfokus pada upaya meningkatkan produktivitas tanaman," katanya.

Joko mengatakan bahwa di tengah tuntutan akan keberlanjutan, Indonesia tetap harus menjaga posisinya sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia. 

"Tentu saja produsen minyak sawit terbesar dan paling berkelanjutan," kata Joko yang disambut aplaus para peserta.

Selain dari Indonesia, dalam forum UNDP ini, juga hadir sebagai pembicara antara lain Menteri Pertanian Liberia Seklau E. Wiles, Wakil Menteri Pertanian bidang Peternakan Paraguay Marcos Medina, dan Presiden Sociedade Rural Brasil Marcelo Vieira.

Paparan Joko Supriyono mendapat sambutan yang positif dari para audience termasuk dari UNDP (Badan PBB untuk Program Pembangunan). 

"Kita tahu bagaimana sektor kelapa sawit mendapat sorotan terkait isu deforestasi hingga kebakaran lahan. Kita sudah mendengar bagaimana pemerintah dan dunia usaha di Indonesia berkomitmen untuk menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan," kata Andrew Bovarnick, Global Head UNDP yang menjadi pemandu diskusi. 

Andrew juga menilai ISPO adalah instrumen yang sangat berharga untuk mencapai keberlanjutan sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Selain sektor perkebunan kelapa sawit di Indonsia, pertemuan tingkat tinggi UNDP ini juga membahas isu keberlanjutan di Liberia, Paraguay, dan Brasil. (Humas GAPKI)