Palu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, berupaya menjaga kelestarian wilayah pesisir melalui implementasi Teknologi Pemecah Gelombang Ambang Rendah (PEGAR).
Bupati Banggai Amirudin Tamoreka dalam keterangan tertulis di Palu, Selasa, mengatakan Kabupaten Banggai dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, di antaranya sektor pertanian perikanan, pariwisata, dan energi.
"Namun yang menjadi tantangan kami adalah bagaimana mengelola semua ini dengan pendekatan yang ilmiah agar manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat," katanya.
Menurut dia, kehadiran teknologi yang berbasis riset menjadi bukti komitmen Pemerintah Kabupaten Banggai untuk mengedepankan solusi yang mengacu pada pengetahuan dan teknologi dalam tata kelola lingkungan pesisir.
Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kabupaten Banggai telah melaksanakan riset implementasi Teknologi PEGAR untuk perlindungan dan reklamasi pantai secara alami di daerah ini.
"Seminar tersebut diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang aplikatif dan tepat guna untuk diterapkan di beberapa wilayah pesisir di Kabupaten Banggai," katanya.
Sementara itu, Kepala Brida Kabupaten Banggai Andi Nur Syamsi Amir menjelaskan seminar awal riset ini bekerja sama dengan Universitas Sulawesi Tenggara.
Ia menjelaskan Kabupaten Banggai memiliki garis pantai sepanjang 613 kilometer (km) yang menjadikan wilayah ini kaya akan potensi pesisir, namun sekaligus rentan akan ancaman abrasi dan kerusakan lingkungan.
Ia mengatakan abrasi pantai terus mengancam ekosistem pesisir dan keberlanjutan kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidup pada laut dan sumber daya pesisir.
"Teknologi ini telah terbukti mampu mengurangi energi gelombang, memungkinkan pengendapan sedimen secara alami mendukung rehabilitasi mangrove dan terumbu karang dan yang paling penting berkelanjutan secara ekologis," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya telah menetapkan lokasi kajian awal penelitian awal di Pantai KM 5, Kecamatan Luwuk Selatan, sepanjang 750 meter karena mengalami tekanan abrasi yang signifikan, namun juga memiliki potensi untuk pemulihan pesisir pantai secara alami.