Survei LPP UI: pakar unggulkan Nurdin Abdullah

id nurdin

Survei LPP UI: pakar unggulkan Nurdin Abdullah

HM Nurdin Abdullah (FOTO/Humas Bantaeng)

Makassar (antarasulteng.com) - Hasil survei Laboratorium Psikologi Politik Univeritas Indonesi (LPP UI) untuk opinion leader atau opini pakar mengunggulkan Bakal Calon Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah sebagai kandidat terbaik dari kandidat lainnya.

"Dari keseluruhan aspek, hasil survei ini menunjukkan bahwa Nurdin Abdullah, secara konsisten memimpin dari semua calon yang dinilai," sebut Kepala Pusat LPP UI, Prof Hamdi Muluk saat temu wartawan di Makassar, Sulsel, Minggu.

Menurut dia, survei ini menilai dua dimensi terpenting yang harus dimiliki oleh pemimpin politik, yaitu kapabilitas dan karakter personal yang terbagi menjadi integritas moral dan tempramen.

Dari hasil survei sebutnya mengklaim, bahwa Nurdin Abdullah memimpin hampir di semua asek baik dari segi kapabilitas sebagai pemimpin maupun karakter personal (tempramen dan integritas moral).

"Kami ingin publik dan parpol lebih memahami kualitas pemimpin yang akan dipilihnya nanti, supaya tidak seperti beli kucing dalam karung. Jangan sampai hanya terpaku pada popularitas dan elektabilitas," katanya.

Sementara itu, dalam simulasi terbuka tanpa memberikan nama tokoh, Nurdin Abdulah menjadi Top of Mind para pakar dengan elektabilitas 62,9 persen, disusul Nurdin Halid dengan 9,1 persen dan Agus Arifin Numang 9,1 persen.

Kemudian dari survei tersebut melibatkan sebanyak 196 orang pakar yang terdiri dari 14,3 persen berlatar belakang Professor atau Doktor, 10,7 persen, Professional, Pengamat politik 9,7 persen, Konsultan Politik 9,2 persen.

Selanjutnya, tokoh masyarakat atau budaya, agama 8,7 persen, Pers 8,7 persen, Tokoh Partai 8,2 persen, Pebisnis 8,2 persen, LSM atau Tata Kota 8,2 persen, Tokoh muda 7,1 persen , pakar manajemen tata kota 7, 1 persen berpartisipasi dalam survei ini.

Dari beberapa latarbelakang mereka, diminta menilai sepuluh orang tokoh yang telah dipilih melalui Focus Group Discussion, (FGD) para pakar sebelum survei opinion Leader ini dilakukan.

Kesepuluh tokoh yang dinilai tersebut adalah Nurdin Abdullah, Nurdin Halid, Agus Arifin Numang, Aliyah Mustika llham, Abd Aziz Qahhar Mudzakkar, Ichsan Yasin Limpo, Andi Mudzakkar, Nimatullah, Abdul Rivai Ras dan Tanribali Lamo.

Para tokoh ini dipilih berdasarkan kriteria rekam jejak dan prestasi, serta beberapa tokoh dipilih karena telah mendeklarasikan diri untuk maju sebagai calon Gubernur Sulsel.

Melalui simulasi pertanyaan terbuka, hasil survei ini juga mengungkapkan bahwa masing-masing ada dua tokoh yang paling direkomendasikan dan tiga tokoh yang paling tidak direkomendasikan oleh pakar untuk menjadi Gubernur Sulsel.

Untuk tokoh yang paling direkomendasikan oleh pakar, pada prioritas pertama Nurdin Abdullah dipilih oleh 73, 44% pakar, sisanya adalah nama-nama lain.

Pada prioritas kedua, Agus Arifin Numang dipilih oleh 41, 94 persen pakar, sisanya adalah nama-nama lain. Sedangkan untuk prioritas ketiga juga diisi oleh Agus Arifin Numang 18, 00 persen responden, sisanya adalah nama-nama lain.

Lebih lanjut, tambah dia, pada prioritas pertama untuk tokoh yang paling tidak direkomendasikan pakar untuk menjadi Gubernur Sulawesi Selatan adalah Nurdin Halid, dipilih oleh 38, 6 persen responden, sisanya adalah nama-nama lain. Lalu pada prioritas kedua, Ichsan Yasin Limpo, dipilih oleh 29,7 persen.

Kendati demikian, dirinya mengakui survei tersebut masih ada kelemahan. Sedangkan untuk survei tersebut dilakukan mulai 11 September-1 Oktober 2017.

Sementara pengamat politik dari UIN Alauddin Firdaus Muhammad pada kesempatan itu mengatakan, hasil survei tersebut bisa dijadikan rujukan. Selain itu responden adalah orang-orang terpilih.

"Setidaknya survei ini bisa dijadikan gaet, dan sebagai konsesus untuk dijadikan bahan perbandingan, arahnya memberikn edukasi politik," kata dosen ilmu politik UIN Alauddin Makassar.

Senada Dosen Psikologi Universitas Hasanuddin, Alwi Rahman menambahkan, kelompok-kelompok yang disurvei lebih memilih orang berpengalaman di bidang pemerintahan dari pada orang berkecimpung di bidang politik.

"Riset ini agak lain, dan bukan pada prediksi paket dan lebih kepada membahas profil tokoh. Kalau dilihat dari keseluruhan, demokrasinya tidak dipercaya, tapi pada sistemnya. Opinion leader ini tidak dilihat posisinya disurvei, tapi lebih pada pengalaman jabatan kandidatnya," tambah dia. (skd)