Palu (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Sulawesi Tengah (Sulteng) waspada terhadap potensi banjir dan tanah longsor di masa pancaroba atau peralihan musim.
"Terutama wilayah-wilayah yang memiliki riwayat bencana alam perlu diwaspadai, karena hujan masih seiring terjadi dengan intensitas ringan, sedang hingga lebat saat peralihan musim," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim di Palu, Senin.
Dari pemantauan cuaca oleh BMKG, dua pekan pertama Agustus berada dalam masa pancaroba dari musim penghujan masuk ke musim kemarau.
Yang mana puncak kemarau berlangsung pada September hingga pertengahan Oktober 2025, diperkirakan potensi hujan masih sering terjadi dengan dampak ditimbulkan potensi banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang (puting beliung).
"Ancaman-ancaman itu berpotensi terjadi, maka warga yang bermukim di sekitar lereng gunung maupun di bantaran sungkan perlu memperhatikan kondisi cuaca," ujarnya.
Ia mengemukakan, dari pemantauan cuaca dilakukan BMKG ada sejumlah wilayah berstatus waspada peringatan dini selama tiga hari ke depan yakni Kabupaten Buol, Tolitoli, Parigi Moutong, Sigi, Tojo Una-una, Morowali, Banggai, Banggai Kepulauan dan Kota Palu.
Daerah berstatus siaga yakni Kabupaten Sigi, Donggala, Poso, Morowali Utara, dan Banggai Laut, maka langkah yang perlu dilakukan masing pemerintah daerah (pemda) mempersiapkan rencana penanganan bencana, maupun meningkatkan kesiapsiagaan.
"Kami bertugas menyampaikan perkembangan informasi kewaspadaan dini cuaca kepada publik melalui kenal resmi BMKG maupun grup WhatsApp, lalu tugas pemda dan para pihak lainnya menyiapkan langkah-langkah antisipasi bila sewaktu-waktu terjadi situasi darurat," tuturnya.
Ia mengemukakan, daerah yang masuk dalam zona rawan bencana banjir bandang dan tanah longsor perlu memperkuat langkah-langkah konkret penanganan bencana.
"Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong merupakan daerah-daerah masuk zona rawan bencana banjir dan tanah longsor. Warga dan pemerintah setempat perlu meningkatkan mitigasi," ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan meski nanti masuk pada musim kemarau, namun potensi hujan juga masih bisa terjadi, karena wilayah Sulawesi Tengah masuk zona non zoom atau daerah atau daerah yang tidak memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan musim kemarau.
BMKG memperkirakan pada puncak kemarau nanti, daerah-daerah terdampak yakni Kabupaten Morowali dan Morowali Utara, serta sebagian wilayah Kabupaten Poso.
"Kami juga mengimbau warga tidak membakar sampah di sembarang tempat, maupun aktivitas membuka lahan baru untuk kepentingan bertani sebaiknya tidak membakar ranting-ranting kayu, karena dapat memicu kobaran api yang meluas," kata dia.
