Polri perkuat ketahanan ideologis masyarakat di Sigi lewat kontra radikal

id Polri ,Pencegahan paham radikalisme ,Sulawesi Tengah ,Kabupaten Sigi ,Program kontra radikal

Polri perkuat ketahanan ideologis masyarakat di Sigi lewat kontra radikal

Divisi Humas Polri melalui Tim Subsatgas Banops Humas Polri menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Program Kontra Radikal di Kabupaten Sigi, Selasa (14/10/2025). ANTARA/HO-Humas Polda Sulteng

Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Divisi Humas Polri memperkuat ketahanan ideologis masyarakat di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) program Kontra Radikal.

Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Pol Erdi A. Chaniago di Sigi, Selasa, mengatakan program Kontra Radikal merupakan bagian dari strategi Polri dalam membangun ketahanan ideologis masyarakat.

Kontra Radikal adalah upaya membangun personal untuk mencegah radikalisme dan separatisme yang kini banyak dihembuskan melalui berbagai elemen sosial, budaya, dan politik,” katanya.

Ia mengatakan FGD ini merupakan bagian dari program prioritas Kapolri dalam mencegah penyebaran paham radikalisme dan membangun kesadaran kebangsaan di tengah masyarakat.

Menurut dia, keberhasilan pencegahan paham radikal tidak bisa dicapai hanya melalui peran Polri, tetapi memerlukan kerja sama seluruh elemen bangsa, termasuk Forkopimda, tokoh agama, adat, dan kalangan pemuda.

Untuk itu, ia mengharapkan peserta FGD dapat menyimak materi dengan baik serta menyebarkan pengetahuan yang diperoleh kepada masyarakat sekitar.

Wakapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol. Helmi Kwarta Kusuma Putra Rauf menegaskan bahwa aktivitas terorisme di wilayah Gunung Biru, Kabupaten Poso, saat ini sudah tidak ada lagi.

Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa tanggung jawab dalam menangkal paham dan ideologi radikal merupakan kewajiban bersama seluruh komponen masyarakat, terutama dalam menjaga keamanan dan kedamaian daerah.

Ia juga menekankan pentingnya menghapus stigma yang mengaitkan terorisme dengan umat Islam. Menurutnya, terorisme merupakan perilaku individu manusianya, bukan agama.

“Kita harus hilangkan pandangan bahwa terorisme itu identik dengan agama Islam. Semua yang berperilaku buruk, yang menebar ketakutan, itulah terorisme,” ujarnya.

Kegiatan tersebut juga menghadirkan Ustadz Imron, eks narapidana terorisme (napiter) yang kini aktif sebagai Ketua Yayasan Lingkar Perdana Poso.

Imron menyampaikan apresiasi kepada Divisi Humas Polri yang telah memberikan ruang bagi eks narapidana terorisme untuk turut serta dalam upaya deradikalisasi.

Ia berharap pengalamannya dapat menjadi pelajaran agar bangsa Indonesia terbebas dari radikalisme dan aksi terorisme.

“Alhamdulillah saya ucapkan kepada Divisi Humas Polri yang telah memberikan kesempatan kepada kami menyampaikan pengalaman sebagai eks napiter. Semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi pelajaran, sehingga ke depan Indonesia ini terlepas dari paham radikalisme dan aksi terorisme,” katanya.

Pewarta :
Editor : Andilala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.