Syamsuddin: protes keputusan AS tetap jaga ketertiban

id Syamsuddin

Syamsuddin: protes keputusan AS tetap jaga ketertiban

Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina (PPIP) Din Syamsuddin (Foto Antara)

Mari kita tunjukkan sebagai bangsa yang punya harkat dan martabat...
Jakarta (antaranews.com) - Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina (PPIP) Din Syamsuddin mengharapkan masyarakat saat melakukan protes terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, tidak sampai merusak atau bertindak berlebihan tapi tetap menjaga ketertiban.

"Kepada seluruh bangsa Indonesia dengan umat berbagai agama wajar kalau kita protes sebagai bangsa yang cinta damai, sebagai bangsa yang di konstitusinya memesankan agar Indonesia ikut serta melaksanakan ketertiban dunia atas dasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," katanya, Jakarta, Senin.

Namun, dia berpesan agar tidak melampui batas dan menimbulkan kerusakan.

"Mari kita tunjukkan sebagai bangsa yang punya harkat dan martabat, tapi yang paling penting kita tetap menyuarakan ini (penolakan terhadap keputusan Trump), bukan hanya karena kita mendukung Palestina, tapi juga karena keputusan ini akan mendorong instabilitas dan ketidakamanan dunia yang nantinya akan merugikan umat manusia di dunia," tuturnya.

Dia mengapresiasi pemerintah Indonesia yang sangat tegas meresponi keputusan Trump itu.

Pihaknya mendorong Presiden Joko Widodo untuk terus memperjuangkan sikap Indonesia terhadap perdamaian Israel-Palestina dan penolakan keputusan AS terutama di forum ASEAN dan Organisasi Kerja sama Islam.

"Indonesia sebagai negara besar baik dari jumlah penduduknya dan kebetulan dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan dikenal sebagai bangsa yang cinta damai dan keadilan maka saya berkeyakinan optimis Indonesia akan punya pengaruh," ujarnya.

Oleh karena itu, dia mengatakan masyarakat Indonesia harus mendukung perjuangan pemerintah Indonesia.

"Sebagai bangsa marilah kita bersatu walaupun mungkin ada yang tidak sependapat tapi saya yakin lintas agama sudah menyatakan pendapatnya tapi jangan menimbulkan pertentangan dan permuduhan sesama kita," tuturnya.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump, Rabu lalu waktu Washington, tiba-tiba membalikkan kebijakan yang telah dianut Amerika Serikat selama berpuluh-puluh tahun dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Langkahnya itu memicu kemarahan Palestina dan menunjukkan bahwa dia tidak menghiraukan peringatan soal kerusuhan yang ditimbulkannya di Timur Tengah dengan mengeluarkan pernyataan tersebut.

Selain itu, dia mengatakan bahwa pemerintahannya akan memulai proses untuk memindahkan kedutaan besar AS di Tel Aviv ke Yerusalem.?

Status Yerusalem, yang merupakan tempat suci bagi para penganut Islam, Yahudi dan Kristen, merupakan salah satu masalah paling tajam yang harus dihadapi dalam upaya mewujudkan kesepakatan perdamaian antara Israel dan Palestina.?

Selama ini, masyarakat internasional tidak mengakui kedaulatan Israel di seluruh Yerusalem dan meyakini bahwa status kota tersebut harus diselesaikan dengan jalan perundingan. (skd)