Tunggakan rastra di Palu capai rp300 juta

id rastra,bulog,palu

Tunggakan rastra di Palu capai rp300 juta

PENYALURAN RASTRA KOTA PALU Warga menerima penyaluran beras sejahtera (Rastra) di Palu, Sulawesi Tengah, Antarasulteng.com/Mohamad Hamzah/17.

Palu, (Antara Sulteng) - Nilai tunggakan beras subsidi atau dikenal rastra (dahulu raskin) di Kota Palu, Sulawesi Tengah untuk 2017 ini mencapai sekitar Rp300 juta.

"Tunggakan itu tersebar di delapan kecamatan di Kota Palu," kata Kepala Perum Bulog Sulteng, Khozin di Palu, Jumat.

Ia berharap Pemkot Palu bisa membantu menyelesaikan segera tunggakan rastra yang mencapai ratusan juta rupiah tersebut.

"Kalau tunggakan tidak dilunasi, maka Bulog terpaksa belum akan menyalurkan beras subsidi itu pada 2018," kata dia.

Bulog Sulteng, kata Khozin sudah menyalurkan seluruh alokasi jatah rastra untuk 2017.

Penyaluran rastra di Sulteng selama Januari-Desember 2017, seluruhnya sudah rampung.

Bulog sekarang ini sedang berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan tunggakan rastra yang ada di kabupaten/kota di Provinsi Sulteng.

Soal pengadaan beras, Khozin mengatakan realisasi telah melampaui target yang ditetapkan Perum Bulog.

Namun, Bulog tetap masih akan melakukan pembelian, meski target pengadaan sudah tercapai.

Selagi masih ada panen, Bulog tetap membeli untuk menjaga stabilitas harga gabah/beras di tingkat petani. "Kita tetap membeli," katanya.

Menjawab pertanyaan, Khozin mengatakan penyaluran rastra di Sulteng selama ini berjalan lancar, meski di beberapa kabupaten seperti di Kabupaten Sigi dan Donggala masih banyak desa sulit dijangkau.

Tetapi, petugas Bulog tetap menyalurkan beras subsidi tersebut sampai di titik distribusi yang telah disepakati bersama pemerintah daerah setempat.

Bahkan, kata dia, Bulog juga mengawal rastra sampai ke penerima rastra. Seperti dilakukan di Kabupaten Sigi beberapa waktu lalu, Bulog mengawal distribusi rastra sampai ke Desa Tomado di Kecamatan Lindu.

Kecamatan Lindu salah satu wilayah di Sulteng yang hanya bisa dijangkau dengan kendaraan sepeda motor.

"Jadi rastra untuk masyarakat di kecamatan itu selama ini diangkut menggunakan sepeda motor menyusuri jalan yang medannya cukup berat menerobos kawasan hutan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)," kata Khozin. (skd)