Ikan penyumbang inflasi akhir tahun di Palu

id Ikan

Ikan penyumbang inflasi akhir tahun di Palu

PERMINTAAN IKAN KERING MENINGKAT Pedagang menunggui ikan kering yang dijualnya di Pasar Induk Manonda, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (1/12). Permintaan ikan kering sejak tiga hari terakhir melonjak hingga 50 persen karena mahalnya ikan basah akibat cuaca buruk yang membuat nelayan tidak turun melaut.

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah mencatat komoditi jenis ikan menjadi penyumbang inflasi terbesar di akhir tahun 2017, sebesar 1,09 persen.

"Angka itu dari 1,89 persen inflasi selama Desember tahun 2017," ungkap Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng Moh Wahyu di Palu, Kamis.

Wahyu menjelaskan sejumlah komoditas utama yang memiliki andil terhadap inflasi antara lain, ikan cakalang 0,34 persen, ikan layang 0,31 persen, ikan selar 0,29 persen, ikan ekor kuning 0,15 persen.

Kemudian tarif angkutan udara 0,13 persen, besi beton 0,12 persen, telur ayam ras 0,11 persen, seng 0,07 persen, ikan teri 0,06 persen dan bawang merah 0,05 persen.

Menurut Wahyu, inflasi akibat komoditas ikan pernah pula terjadi pada Mei, Juni dan Agustus tahun 2017.

Wahyu mengatakan selama Desember 2017, Palu mengalami inflasi sebesar 1,87 persen, dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 7,38 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,11 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,70 persen, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,22 persen.

Namun, kata dia, dua kelompok mengalami penurunan harga, yakni kelompok sandang sebesar 0,10 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,10 persen..

"Untuk kelompok kesehatan relatif tidak mengalami perubahan harga," ujarnya.

Di Kota Palu hingga minggu ke dua Januari 2018, harga ikan di sejumlah pasar masih tergolong cukup tinggi, diakibatkan pengaruh kondisi cuaca buruk di perairan Sulawesi Tengah.

"Ikan yang dijual di Kota Palu berasal dari Kabupaten Donggala, Teluk Palu, Parigi Moutong, bahkan Morowali," kata Udin, seorang penjual ikan di kawasan Pasar Inpres Manonda Palu, Kamis.

Ia mengatakan selama dua pekan terakhir ini, pasokan ikan dari tempat-tempat pelelangan ikan (TPI) sejumlah kabupaten di Sulteng ke Kota Palu berkurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Ibu Kota Provinsi Sulteng.

Selain pengaruh ombak cukup besar, juga belum semua nelayan turun melaut menangkap ikan.

"Inilah yang mengakibatkan harga ikan di pasaran masih mahal," kata Udin.

Sementara itu, Sabri, salah seorang pedagang ikan di pasar tradisional Manonda Palu mengatakan dalam dua pekan terakhir, harga ikan ditingkatan pedagang cukup mahal.

"Ikan Katombo atau ikan kembung, sebelumnya dijual Rp20 ribu sekitar delapan hingga sembilan ekor, sekarang tinggal empat sampai lima ekor," ungkap Sabri.

Namun bagi dia, walaupun harga ikan laut mengalami kenaikan, tetapi minat masyarakat membeli tidak berkurang, karena masyarakat lebih memilih mengkonsumsi ikan laut dari pada ikan air tawar.