Teknologi udang supra intensif skala rakyat segera diluncurkan

id supra intensif,udang,hasanuddin atjo

Teknologi udang supra intensif skala rakyat segera diluncurkan

Prof Rhenald Kasali, PhD (kanan) menyimak penjelasan DR Ir H Hasanuddin Atjo, MP, penemu teknologi budidaya udang supra intensif di tambak percontohan Kelurahan Mamboro, Kota Palu (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Palu (Antaranews Sulteng) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah segera meluncurkan teknologi budidaya udang supra intensif skala rakyat yang biaya investasinya bisa dijangkau oleh pengusaha kecil dan menengah.

"Insya Allah kita luncurkan besok (20/2)  di hadapan Gubernur Sulawesi Tengah, Dirjen Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan serta para anggota Komisi IV DOR RI," kata Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo yang dihubungi di Palu, Senin.

Teknologi budidaya skala rakyat ini, kata Atjo, menggunakan kolam budidaya berkonstruksi sederhana karena berbahan terpal yang disangga oleh kerangka besi. Bahan-bahannya mudah didapatkan dan harganya relatif murah dengan investasi konstruksi hanya sekitar Rp20 juta setiap petak.

Setiap petak tambak, kata Atjo menjelaskan, memiliki kapasitas tampung air sekitar 50 ton. Biaya operasional budidaya untuk setiap petak ini ditaksir Rp12 juta untuk setiap siklus dengan produktivitas 300 kg udang vaname per petak sekali panen. Dalam setahun, panen bisa berlangsung tiga kali.

Bila seorang petambak memiliki satu petak saja, dengan tiga kali panen setahun ia akan menghasilkan 900 kilogram udang yang bila dijual dengan harga rata-rata Rp70.000/kg, akan menghasilkan omzet Rp63 juta sedangkan biaya operasionalnya diperkirakan hanya sekitar Rp30 juta.

Hasanuddin Atjo yang juga penemu teknologi budidaya udang supra intensif Indonesia yang diluncurkan pada 2013 itu yakin pengusaha kecil dan menengah di daerahnya bisa mengusahakan tiga sampai empat petak sehingga hasilnya akan lebih besar dan biaya operasional bisa lebih diminimalisasi.

Baca juga: Sulteng Jadi Percontohan Tambak Udang Supra Intensif

Teknologi budidaya udang supra intensif skala rakyat ini merupakan hasil pengembangan untuk memenuhi harapan masyarakat yang bermodal terbatas dalam mereplikasi teknologi budidaya udang paling prpodukti di dunia tersebut.

"Selama ini kan banyak pengusaha yang bermodal terbatas mengaku tidak sanggup mereplikasi teknologi ini karena besarnya dana investasi yang dibutuhkan bila harus menggunakan tambak konstruksi beton. Nah, teknologi budidaya skala rakyat ini merupakan jawaban sehingga diharapkan budidaya udang akan semakin memasyarakat sehingga Indonesia bisa tampil sebagai penghasil udang penting di dunia," ujarnya.

Teknologi budidaya udang supra intensif Indonesia yang diluncurkan pada 2013 di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan memiliki keunggulan khusus karena menggunakan teknologi `central drain` dimana seluruh sedimen dalam tambak terserap secara otomatis oleh peralatan `central drain` sehingga kondisi lingkungan udang tetap terjamin kebersihannya sehingga bebas penyakit dan pertumbuhan udang berjalan lebih cepat.

Produktivitas teknologi ini tercatat 153 ton/hektare, merupakan yang tertinggi di dunia saat ini.