Jakarta, (Antaranews Sulteng) - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendukung pemberdayaan perempuan sebagai upaya penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada pembangunan manusia tiap negara.
Dalam pernyataan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, WHO Asia Tenggara menyatakan diskriminasi terhadap perempuan di berbagai bidang berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
WHO Asia Tenggara menekankan bahwa ketaksetaraan telah meniadakan hak asasi, menghambat kemapanan sosial ekonomi, serta menghancurkan harapan dan cita-cita jutaan perempuan di segala usia. Ketidaksetaraan juga memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan perempuan.
Pernikahan dan kehamilan dini yang masih terjadi di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara, misalnya, secara langsung mengancam kesehatan para perempuan muda dan anak-anak, terutama di daerah perdesaan.
Di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara, sekitar enam juta anak perempuan dengan usia antara 15 hingga 19 tahun melahirkan anak setiap tahunnya.
Di empat negara di kawasan Asia Tenggara juga tercatat angka kelahiran 50 per 1.000 penduduk terjadi pada remaja putri di usia 15 sampai 20 tahun.
Menurut WHO, anak-anak perempuan menghadapi bahaya kesehatan yang sebenarnya dapat dihindari dengan pemberdayaan sosial dan penerapan hukum yang melarang pernikahan dini.
Menurut WHO, ketaksetaraan gender juga menghambat akses perempuan terhadap layanan kesehatan dasar. Hambatan ini menimbulkan akibat yang tidak diinginkan seperti proses kelahiran yang banyak dilakukan di rumah tanpa bantuan tenaga kesehatan yang terampil.
Sebagian penyebab dari fenomena ini adalah miskinnya akses perempuan terhadap pengetahuan diiringi ketidakberdayaan membuat keputusan. Penyebab pendamping lain adalah masih adanya kesenjangan ketersediaan layanan.
WHO menilai dalam era Tujuan Pembagunan Milenium (MDGs) Asia Tenggara telah meraih banyak kemajuan dalam menekan angka kematian ibu dan anak. Namun, masih banyak upaya yang perlu dilakukan untuk membawa angka kematian ibu menjadi di bawah 70 per 100 ribu kelahiran, seperti ditetapkan pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
WHO menyatakan akan terus melanjutkan advokasi untuk meningkatkan akses terhadap kontrasepsi dan layanan kesehatan reproduksi. Selain itu juga terus aktif berkampanye melawan kekerasan berdasar gender dan praktik mutilasi alat genital perempuan yang membahayakan para anak perempuan dan perempuan.
Pada Hari Perempuan Sedunia ini, WHO Asia Tenggara mengajak bahwa seharusnya diskriminasi gender tidak terjadi, dan kesetaraan gender akan dengan cepat tercapai melalui upaya bersama dan tulus dari seluruh anggota masyarakat.
WHO mengajak untuk meyakini bahwa pemberdayaan perempuan bukanlah sekadar alat untuk meningkatkan penghasilan atau strata sosial, melainkan merupakan daya inti bagi terciptanya kesehatan masyarakat yang perlu terus diupayakan.
Berita Terkait
DK PBB adopsi resolusi gencatan senjata di Gaza selama Ramadhan
Selasa, 26 Maret 2024 9:35 Wib
Sekjen PBB: Kami tidak memiliki kekuatan hentikan perang di Gaza
Minggu, 24 Maret 2024 15:25 Wib
Airlangga sebut hal biasa soal netralitas Jokowi yang disinggung PBB
Selasa, 19 Maret 2024 13:20 Wib
Lebih banyak anak tewas di Gaza daripada konflik global dalam 4 tahun
Kamis, 14 Maret 2024 15:49 Wib
PB sebutkan situasi di Gaza "malapetaka, tak bermoral, memalukan"
Selasa, 5 Maret 2024 14:11 Wib
Warga Gaza yang tunggu bantuan diserang, RI desak DK PBB bertindak
Sabtu, 2 Maret 2024 15:37 Wib
PBB minta penyelidikan atas pembunuhan warga Gaza yang tunggu bantuan
Sabtu, 2 Maret 2024 14:08 Wib
Jepang jadi ketua Dewan Keamanan PBB selama Maret 2024
Sabtu, 2 Maret 2024 10:38 Wib