BI: perekonomian Sulteng terbesar ketiga di Sulampua

id miyono

BI: perekonomian Sulteng terbesar ketiga di Sulampua

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Miyono, (Muhammad Hajiji/antarasulteng.com)

Ekonomi Sulteng berada di posisi ketiga setelah Sulawesi Selatan dan Papua
Palu,  (Antaranews Sulteng) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah mencatat pertumbuhan ekonomian daerah ini sebesar 7,14 persen selama tahun 2017 berada pada peringkat ketiga di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).

"Ekonomi Sulteng berada di posisi ketiga setelah Sulawesi Selatan dan Papua," kata Kepala BI Sulteng Miyono yang dihubungi di Palu, Kamis.

Ia menjelaskan berdasarkan struktur produk domestik regional bruto (PDRB), sektor yang dominan di Sulteng berada pada sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan Pertambangan.

Dari sektor pertanian, produk pertanian Sulteng peringkat kedua terbesar setelah Sulsel, yang didominasi komoditas kelapa, kelapa sawit, kakao, perikanan dan Tabama.

Untuk sektor produk industri pengolahan, Sulteng menempati peringkat ketiga setelah Sulsel dan Papua Barat, yang didominasi oleh produk olahan nikel (nickel pig iron dan stainless steel) dan LNG.
 
Kepala BI Sulteng, Miyono. (www.sulteng.antaranews.com/Fauzi)

Sementara laju pertumbuhan ekonomi Sulteng sangat dipengaruhi pergerakan lima sektor utama yakni pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan.

"Akumulasi ke lima sektor ini bahkan mencapai 76 persen dari total PDRB Sulteng," ungkap Miyono.

Pertumbuhan ekonomi Sulteng selama tahun 2017 sebesar 7,14 persen dengan faktor pendorong produksi stainless steel di kawasan industri Morowali, tingginya perusahaan modal asing (PMA) Tiongkok dan PMA Jepang, serta perkembangan harga nikel, stainless steel dan LNG dalam tren yang meningkat.

"Namun ada pula faktor penghambat yakni sektor pertanian sedikit melambat karena siklus masa panen dan harga komoditas perkebunan yakni kelapa sawit dan kakao menurun," ujarnya.

Khusus faktor penghambat, kata Miyono, harga beberapa komoditas di subsektor perkebunan yang memiliki andil tertinggi terhadap sektor pertanian sekitar 40,86 persen mengalami penurunan.

"Cotohnya harga kelapa sawit mengalami penurunan di Triwulan IV-2017 minus 10,92 persen jika dibandingkan dengan triwulan III-2017," ungkap Miyono.

Selain itu, proses penanaman kembali `replanting` terkait peremajaan usia tanaman khususnya kelapa sawit juga masih berlangsung, tentunya perlu menjadi perhatian mengingat persentase tenaga kerja di sektor tersebut mencapai 44,3 persen dari total tenaga kerja di Sulteng.

Baca juga: Sulteng Diharap Tingkatkan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi