Inflasi Palu semester I-2018 sebesar 3,23 persen

id Bps

Inflasi Palu semester I-2018 sebesar 3,23 persen

Ilustrasi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III. Jurnalis mendokumentasikan data Badan Pusat Statistik (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Sulteng masih perlu berjuang mengendalikan inflasi
Palu, (Antaranews Sulteng) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah mencatat laju inflasi tahunan Kota Palu, selama semester pertama tahun 2018 sebesar 3,23 persen.

Laju inflasi itu sudah mendekati laju inflasi Kota Palu tahun 2018 yang ditargerkan Bank Indonesia sebesar 3,5 persen dengan deviasi 1 persen.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng GA Naser mengatakan di bulan Juni 2018, inflasi Kota Palu sebesar 1,85 persen dan angka terbesar selama semester satu tahun 2018.

Pada kurun waktu enam bulan terakhir, Kota Palu tercatat empat kali mengalami inflasi. Pada Januari sebesar 0,69 persen, April 0,76 persen, Mei sebesar 0,26 persen dan Juni sebesar 1,85 persen. Sementara deflasi terjadi pada bulan Februari sebesar minus 0,31 persen dan Maret minus 0,08 persen.

Sementara Inflasi Kota Palu pada Mei 2018 sebesar 0,26 persen, atau berperingkat terendah kedua di antara 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Miyono berharap Pemerintah Provinsi Sulteng berjuang lebih keras untuk mengendalikan inflasi di daerah tersebut.

"Sulteng masih perlu berjuang mengendalikan inflasi, karena daerah ini, masuk dalam daerah inflasi tertinggi di Indonesia," kata Miyono, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, Sulteng merupakan salah satu dari sembil provinsi di Indonesia dengan inflasi di atas 4 persen pada 2017. Inflasi tahunan Sulteng sendiri sebesar 4,33 persen, jauh di atas inflasi nasional sebesar 3,61 persen.

Ia juga mengatakan inflasi yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sulteng, jika tidak dapat dikendalikan.

Kata dia, Bank Indonesia memperkirakan inflasi di Sulteng berada pada angka 3,5 persen plus minus 1 persen. Angka itu lebih rendah dari tahun sebelumnya yakni 4 persen plus minus 1 persen. Budi Suyanto