LC Tunas Harapan Sabah Butuh Buku Pelajaran

id lc, sd, tki

LC Tunas Harapan Sabah Butuh Buku Pelajaran

Ilustrasi-Kegiatan Belajar Siswa-Siswi Sekolah Dasar (ANTARA)

Pertama kali sekolah ini dibangun hanya diatap dengan seng bekas yang sudah lapuk dan bocor," ujarnya
Kinabalu - "Learning Center" atau setingkat Sekolah Dasar yang membina anak-anak Tenaga Kerja Indonesia di Kampung Mendugi Papar Sabah Malaysia, sangat membutuhkan buku pelajaran.

Kepala Sekolah LC Tunas Harapan Kampung Mendugi Kemanis Papar Sabah, Amiruddin Abdullah di Kampung Mendugi, Senin menyatakan, sekolahnya yang memiliki 151 murid khusus anak-anak TKI mengungkapkan bahwa sarana prasarana yang dimilikinya terutama buku pelajaran masih sangat kurang.

Ia mengatakan, buku pelajaran yang digunakannya untuk mengajar hanya bantuan dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Sabah, namun dalam jumlah yang terbatas.

Oleh karena itu, dia sangat berharap agar pemerintah Indonesia dapat memperhatikan kebutuhan sekolah anak-anak TKI tersebut.

Amiruddin mengatakan saat ini sekolahnya memiliki 151 murid dengan empat kelas yaitu kelas I sampai IV, dan empat orang guru yang digaji dari pembayaran murid-muridnya setiap bulan.

Ia menambahkan, sekolahnya pernah mendapatkan bantuan dana biaya operasional sekolah (BOS) tahun ajaran 2010-2011, tetapi dana tersebut untuk memperbaiki atap sekolahnya yang pertama kali dibangun menggunakan seng bekas.

"Pertama kali sekolah ini dibangun hanya diatap dengan seng bekas yang sudah lapuk dan bocor," ujarnya.

Namun dia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan buku pelajaran, begitu pula meja yang terbuat dari kayu dan bangku dari plastik yang dimilikinya dari sumbangan dari orangtua murid.

"Biaya yang dibebankan bagi murid-murid selain digunakan untuk gaji empat orang guru, juga digunakan untuk membayar sewa lahan yang ditempatinya sekarang membangun ruang kelas," kata Amiruddin.

Informasi dari Konsulat Jenderal RI Sabah menyebutkan LC Tunas Harapan Kampung Mendugi Kemanis yang letaknya tidak jauh dari Penampungan Tahanan sementara (PTS) bagi TKI yang melanggar dokumen keimigrasian ini merupakan salah satu LC nonperladangan.

Amiruddin juga menyatakan dari ratusan murid yang belajar di LC itu sebagian besar orangtuanya bekerja di usaha peternakan milik warga Malaysia.

Ia menambahkan, sistem atau metode pembelajaran yang diberikan kepada murid-muridnya tetap menggunakan silabus dari Indonesia begitu pula tahun ajaran baru atau penaikan kelas seperti di Indonesia.

Kemudian, dari empat orang tenaga pengajar yang dimiliki memiliki latar belakang pendidikan SMA dan SPG seperti yang disampaikan salah seorang tenaga gurunya bernama Nengsi Yunus yang mengaku lulusan SMA Katolik Kabupaten Nunukan 2010. (PSO-327/SKD)