IKM Palu belum mampu penuhi permintaan pasar

id bawang

IKM Palu belum mampu penuhi permintaan pasar

Bawang goreng Mbok Sri (Antaranews Sulteng/Istimewa)

 Palu,  (Antaranews Sulteng) - Pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) khusus produk pangan komoditi bawang goreng di Palu, Sulawesi Tengah belum mampu memenuhi semua permintaan pasar yang setiap tahunnya cenderung meningkat cukup mengembirakan.

Seorang pelaku IKM bawang goreng di Palu, Sumarno, Rabu membenarkan permintaan pasar luar negeri terhadap produk bawang goreng khas Kota Palu cukup tinggi, tetapi pelaku usaha belum sanggup memenuhinya karena terkendala bahan baku masih terbatas.

Ia mengatakan ada permintaan dari salah satu bayer di Singapura, tetapi belum bisa dipenuhi karena masih terkendala bahan baku.

Selama ini, kata dia, para pelaku IKM yang bergerak dalam produk bawang goreng di Ibu Kota Provinsi Sulteng mendapatkan bahan baku bawang merah dari petani di Kabupaten Sigi dan Kota Palu.

Sementara pengembangan komoditi bawang merah khusus untuk bahan baku bawang goreng masih belum memadai sehingga ada kalanya, IKM kesulitan bahan baku untuk memproduksi bawang goreng.

Menurut Manager UD Mbok Sri, IKM bawang goreng itu, jika hanya kebutuhan pasar lokal dan permintaan pasar dalam negeri kemungkinan besar masih bisa dilayani.

Tetapi untuk kebutuhan pasar luar negeri, menurutnya cukup sulit karena produksi belum bisa dalam jumlah besar karena bahan bakunya yang belum mendukung.

 Padahal, produk bawang goreng Palu selama ini banyak diminati, termasuk para wisatawan mancanegara yang datang ke Sulteng selalu mencari bawang goreng untuk ole-ole pulang ke negaranya.

Baca juga: IKM bawang goreng Palu raih sertifikat SNI

Bawang goreng Palu, kata Sumarno memiliki ciri khas tersendiri dan sangatlah berbeda dengan produk pangan yang sama dari daerah lain.

Karena itu, rata-rata konsumen sangat menyukainnya, termasuk para pejabat dari pusat yang datang ke Palu atau kabupaten di Sulteng membeli bawang goreng sebelum mereka pulang.

Bahan baku bawang goreng hanya ada di Lembah Palu dan sejumlah desa di Kabupaten Sigi. Dua daerah ini merupakan penyuplai bawang merah untuk bahan baku bawang goreng.

Jika petani gagal panen, maka dipastikan IKM tidak akan memproduksi bawang goreng. Harga produk bawang goreng dijual eceran para pedagang di pasar-pasar tradisional di Palu  mulai dari Rp5.000 s/d Rp200.000/bungkus sesuai dengan takarannya.

Sementara bawang goreng dijual di otlet-otlet modern dan langsung oleh IKM sendiri berkisar Rp200.000/bungkus.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, Arief Latjuba mengatakan sebenarnya produk bawang goreng Palu cukup laris di pasaran karena memang memiliki ciri khas berbeda dari lainnya.

Namun selama ini, para pelaku IKM masih membatasi produksinya karena masalah bahan baku bawang merah produksi petani belum mendukung.

Lagi pula, kata dia, bahan baku bawang goreng Palu hanya dapat diperolah dari petani yang ada di Lembah Palu dan Kabupaten Sigi.

Di daerah lainnya, memang ada pengembangkan bawang merah. Tetapi khusus untuk bahan baku bawang goreng hanya ada di Lembah Palu dan Sigi.

Dua wilayah tersebut memang sangat cocok bagi pengembangan bawang merah khusus untuk produk bawang goreng. "Bawang merah yang dikembangkan di daerah lainnya di Sulteng hanya untuk bumbu masakan," kata Arief.

Baca juga: Bawang goreng Palu belum mampu penuhi permintaan pasar