Peserta SMN nilai Kulawi gambarkan kerukunan umat (Vidio)

id BUMN HADIR,SMN,ANTARA PALU,KULAWI

Peserta  SMN nilai  Kulawi gambarkan kerukunan umat (Vidio)

Tarian Rego Kulawi di tampilkan warga mengenakan pakaian adat lengkap menyambut kedatngan peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) di Desa Mataue, Sabtu 11/8. (Antaranews Sulteng/ Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/ Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/ Muhammad Hajiji/)

Kulawi, Sulawesi Tengah,  (Antaranews Sulteng) - Peserta program pertukaran pelajar bertajuk Siswa Mengenal Nusantara (SMN) dari Provinsi Bangka Belitung menilai daerah Kulawi Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menjadi representasi kerukunan umat di Tanah Air.

"Kita harus mencintai adat kita, adat budaya kita, adat istiadat kita, seninya kita, keramahtamahan orang Indonesia, kita bisa belajar dari daerah ini," ucap peserta SMN Bangka Belitung Siti Mardatila, di Desa Mataue Kecamatan Kulawi, Minggu.

Ia menyebut di Kulawi tidak ada bentrok atau pertikaian atas nama agama, suku dan antargolongan. Padahal, dari sisi agama, penduduk beragama Islam dan Kristen seimbang.

"Di sini 50 persen Islam dan 50 persen Kristiani, mereka saling berkolaborasi antarsatu sama lain. Itu tidak ada saling bentrok-bentrok," sebut Siswi Kelas XI SMK Bakti Pangkal Pinang.

Di dusun-dusun daerah lain, sebut dia, antaragama saling bercekcok. Namun tidak untuk Kulawi. Di Kulawi antaragama saling bersatu.

"Di Kulawi agama satu dengan agama satu saling bersatu, dan inilah Indonesia," sebut Siti Mardatila disela-sela mengikuti proses pembuatan pakaian adat Kulawi berbahan baku kulit kayu pohon beringin.

Ia juga menyebut bahwa hutan yang ada di Mataue, Kulawi merupakan paru-pari Indonesia. Karena itu harus di jaga sebaik mungkin.

"Karena ini paru-parunya Indonesia, kita harus menjaga. Bukan hanya desa ini saja, tapi seluruh rakyat Indonesia termasuk pemuda dan pemudi Bangka Belitung," ujar Siti Mardatila.

Baca juga: Adat Mepantodui dan Rego sambut SMN Bangka Belitung
Baca juga: Peserta SMN asal Babel belajar kearifan lokal di Kulawi

 
Warga mengenakan pakaian adat Kulawi, menampilkan tarian Rego untuk menyambut peserta SMN di Desa Mataue Kecamatan Kulawi, Sabtu 11/8 sore. (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji/)


Sementara itu Penanggung jawab Program SMN untuk Provinsi Sulawesi Tengah dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Heni Pusbintari mengemukakan Desa Mataue menjadi salah satu desa potensial untuk dijadikan tujuan wisata budaya di Indonesia.

"Desa Mataue, merupakan salah satu desa di Kulawi yang sangat unik. Desa Mataue menjadi salah satu desa yang masih mempertahankan adat istiadat dan budaya setempat," ujar Heni Pusbintari.

Ia menguraikan, ketika peserta dan rombongan kegiatan Siswa Mengenal Nusantara dari program BUMN hadir untuk negeri tiba di Desa Mataue, Sabtu (11/8) sore, disambut dengan makanan dan buah-buahan khas daerah. Kemudian sabtu malam, rombongan di jamu makan malam secara adat.

"Dan itu tidak asal makan. Kami harus mengikuti aturan adat seperti belum boleh makan, bila ketua adat belum mempersilakan untuk mencicipi makanan yang tersedia. Kemudian, tidak boleh mencuci tangan, jika Ketua Adat belum mencuci tangan dan mempersilakan," urai Heni.

Setelah itu diwaktu yang sama, peserta SMN diajak untuk mengikuti tarian pergaulan/persahabatan yang oleh masyarakat Kulawi dan Sulawesi Tengah di sebut `dero`.

Ia mengaku salut, karena di zaman modern ini masih ada desa yang mempertahankan tradisi lokal. Pada Minggu (12/8) pagi, peserta di perkenalkan dan diajarkan proses membuat pakaian adat berbahan baku kulit kayu pohon beringin.

Kulawi merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tengah yang masih kental dan mempertahankan tradisi adat istiadat dan budaya setempat. Daerah ini menjadi adat istiadat, budaya, agama dan negara sebagai pijakan kekuatan dalam kehidupan.