Peserta SMN Bangka Belitung belajar kebudayaan kaili (Vidio)

id smn,2018,bangka,belitung,budaya,kaili

Peserta SMN Bangka Belitung belajar kebudayaan kaili (Vidio)

Peserta SMN asal Bangka Belitung juga disuguhkan tarian "Noboka" atau proses pembuatan shampo dengan bahan kelapa yang dicukur dan dicampurkan daun gelasih. (www.sulteng.antaranews.com/Fauzi)

Palu (Antaranews Sulteng) - Sebanyak 23 peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Provinsi Bangka Belitung (Babel) di Kota Palu, Sulawesi Tengah, ikut belajar dalam pendidikan suku Kaili.

Mereka belajar sambil berbaur dengan kelompok seni "Sou Raja" di aula cagar Budaya "Banua Oge", Kelurahan Kampung Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Jumat (17/8) malam.

Para peserta laki-laki memakai tutup kepala khas Kaili "Siga" dan peserta perempuan memakai selendang menutupi kepala "Sampolu".

Pertemuan itu diawali dengan penampilan penari dari sanggar seni Sou Raja, yang menampilkan tari "Pontanu".

Menurut Ahmad, pemandu kegiatan, tarif Pontanu adalah hasil dari pembuatan kain tenun Donggala atau kain Donggala, yang dilakukan oleh para perempuan suku Kaili yang masih bertahan sampai saat ini.

Studi kasus yang masih melakukan proses penenunan kain yaitu Desa Wani, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala.

"Tarian ini ditampilkan oleh para penari dengan jumlah genap, minimal empat orang," jelasnya.

Usai penampilan, para peserta SMN kemudian berdiskusi dengan para pengurus dan anggota dari sanggar seni Sou Raja yang dipimpin oleh ketua Mehdi Datupalinge. 

Salah seorang peserta SMN, Wianda Siti Rahim meminta bagaiamana suka dan duka menjadi seorang penari.

Penari dari sanggar seni, Nurul Magfirah mengatakan dia sudah menari sekira 2 tahun dengan latihan 3 kali dalam seminggu.

"Jika ada pentas, biasanya setiap hari," katanya.

Penari lainnya, Nurul Naila sangat yakin bersyukur dapat belajar budaya kaili, tetapi bukan asli Sulawesi Tengah, tetapi dari Provinsi Sulawesi Barat. 

"Sukanya, dapat Mengungkapkan Budaya Sulawesi Tengah untuk Semua Orang," Kata Nurul.

Anggota sanggar seni lainnya, Junet mengatakan dirinya yang juga bukan orang Sulteng sangat tertarik sesudah budaya Kaili.

"Tahun 2014, saya salah seorang duta pemuda dari Provinsi Kalimantan Timur ke Yogyakarta, program Kementerian Pemuda dan Olahraga. Setelah itu, saya ke Sulteng juga dalam program pertukaran pemuda. Di Palu, saya kira-kira satu tahun, tepatnya di cagar Budaya Banua Oge," tutur Junet.

Dalam kesempatan tersebut peserta SMN asal Bangka Belitung juga disuguhkan tarian "Noboka" atau proses pembuatan shampo dengan bahan kelapa yang dicukur dan dicampurkan daun gelasih.

Program SMN Sulteng 2018 dengan PT Wijaya Karya (Wika) sebagai PIC dan co PIC Perum LPPNPI (AirNav Indonesia) dan PT Biro Klasifikasi Indonesia.