Ulama : tahun baru Islam untuk evaluasi diri

id MUI

Ulama : tahun baru Islam untuk evaluasi diri

Pakar Pemikiran Islam Modern Prof Dr H Zainal Abidin MAg ceramah pada tabligh akbar yang di gelar oleh satgas nusantara Polres Sigi, dihadiri ratusan masyarakat didaerah itu, Kamis (10/5). (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji/)

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, menghimbau umat Islam di daerah tersebut untuk memanfaatkan momentum tahun baru Islam 1 Muharram 1440 Hijriah yang jatuh pada tanggal 11 September 2018.

"Harus berupaya untuk melakukan evaluasi diri sendiri pada setiap momen yang kita jumpai. Tahun baru Islam atau 1 Muharram menjadi salah satu momen evaluasi diri," ucap Ketua MUI Palu, Prof Dr H Zainal Abidin MAg, terkait tahun baru Islam, di Palu, Rabu.

Menurutnya evaluasi diri terkait dengan apa yang telah dilakukan selama ini, dan apa yang akan dilakukan ke depan untuk perbaikan.

Hal itu karena, sebut Rektor Pertama IAIN Palu itu, bahwa dalam perjalan hidup setap individu ingin mencapai harapan. Karena setiap momen keagamaan maupun kebangsaan selalu menjadi lomba untuk menuju harapan bersama.

Sekaitan dengan, kata Guru Besar Pemikiran Islam Modern itu bahwa hati menjadi kunci. Karena, dalam menggapai harapan, merupakan implementasi dari fikiran dan instuisi yang dalam prakteknya butuhkan silaturahim di kehidupan sosial.

"Jika hati kotor, akan melahirkan fikiran yang kotor. Jika fikiran kotor, akan melahirkan ucapan dan tindakan serta perilaku yang kurang baik," ucapnya.

 
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Ermi Widyatno silaturahmi ke Ketua MUI Kota Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg, di Palu, Kamis 24/5. Silaturahmi Kapolda Sulteng dengan ulama untuk membahas persatuan dan kesatuan serta perdamaian di Sulawesi Tengah. (Istimewa) (Istimewa/)

Hati yang kotor, tambahnya akan membuat seseorang selalu berpikir negatif terhadap orang lain, bahkan berprasangka buruk terhadap orang lain.

Karena berpikir negatif dan berprasangka buruk, kata dia, akan selalu mencurigai kegiatan atau aktivitas seseorang atau sekelompok orang. Bahayanya lagi, jika kecuriagaan itu di sebarkan atau diceritakan kepada orang lain, yang kebenarannya belum dapat dipastikan.

Maka, lanjut dia yang ada hanyalah fitnah atau menyamaikan informasi yang tidak didukung dengan fakta dan kebenaran kepada orang lain.

"Ini yang membuat kekacauan, permusuhan, dan seterusnya. Mulai dari tingkat rumah tangga bahkan di lingkungan yang luas lagi," ujar Ketua Rois Syuria Nahdlatul Ulama Sulawesi Tengah itu.

Ketua Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat itu menghimbau kepada masyarakat utamanya umat Islam, agar stop berprasangka dan berfikir buruk/negatif terhadap aktivitas dan kegiatan seseorang atau sekelompok orang.

Karena, menurut dia, perilaku dan sikap seperti itu akan berdampak buruk terhadap kualitas silaturahmi.

Baca juga: Polres gandeng ulama rajut persaudaraan jelang pemilu